Harga Gula Ditargetkan Turun ke Rp 12.500 per Kg Sebelum Lebaran

Pemerintah berjanji harga gula di pasar tradisional dan retail modern sama-sama rendah sesuai HET Rp 12.500 per kilogram (kg).

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mei 2020, 12:30 WIB
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga gula](4245987 "") di pasar tadisional dan di toko retail modern mengalami perbedaan yang cukup besar. Harga gula di pasar tradisional teryata lebih tinggi retail modern.

Pemerintah pun berjanji harga gula di pasar tradisional dan retail modern sama-sama rendah sesuai HET Rp 12.500 per kilogram (kg).

Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan, harga gula di pasar tradisional akan turun sesuai HET sebelum hari raya Fitri 1441 Hijriyah.

"Harga gula di pasar tradisional memang lebih tinggi dari retail, di pasar tradisional gula saat ini di jual Rp 14.000 sampai Rp 15. 000. Tapi sebelum Lebaran harga gula kita akan turunkan," kata Agus melalui video conference, dikutip Minggu (10/5/2020).

Dia menjelaskan tingginya harga gula dikarenakan kendala pasokan karena pergeseran musim giling tebu dari prediksi pemerintah. Selain itu,peralihan gula rafinasi menjadi konsumsi juga terbatas.

Kendati demikian, masuknya gula impor diharapkan dapat menekankan harga jual gula khususnya di pasar tradisional. Untuk itu Agus menginstruksikan jajarannya agar mempercepat proses distribusi gula asal impor ke dalam pasar tradisional.

"Kita upayakan dalam waktu dekat harga gula segera turun," tegas dia.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 


Stok Langka, Pengusaha Ritel Kewalahan Penuhi Pemintaan Gula di Ramadan

Pekerja tengah menata gula pasir di Gudang Bulog Jakarta, Selasa (14/2). Kemendag menyatakan, penetapan harga eceran tertinggi (HET) gula kristal putih sebesar Rp12.500 per kilogram akan dilakukan pada bulan Maret 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Memasuki Bukan Ramadan 2020, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut bahwa stok gula di retail penjualan masih terbatas. Ironisnya ini terjadi sebelum pandemi virus corona atau covid-19 melanda Tanah Air.

"Gula sih barangnya memang terbatas. Jauh sebelum corona," singkat Sekretaris Jenderal Aprindo, Solihin saat dihubungi Merdeka.com, Senin (4/5).

Solihin menjelaskan kelangkaan stok gula bermula dari aksi panic buying yang dilakukan sejumlah masyarakat seiring pemberitaan pandemi virus corona yang kian intens. Imbasnya stok gula nasional tak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat.

Bahkan saat memasuki bulan Ramadan 2020, Aprindo kewalahan memenuhi permintaan konsumen akan bahan pangan gula. Sebab, gula merupakan kebutuhan utama dalam membuat berbagai aneka hidangan untuk menunaikan ibadah puasa.

Meski begitu, Aprindo tetap menjual gula sesuai dengan ketentuan batas Harga Eceran Tertinggi (HET) di level konsumen, yakni Rp12.500 per kilogram. Hal ini mengikuti ketetapan pemimpin yabg tertuang dalam Peraturan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia tahun 2017.

"Kita tidak ada kenaikan tetap HET. Dari awal kita komitmen dengan pemerintah," jelasnya.

Oleh karenanya pemerintah melalui Kementerian Perdagangan diharapkan segera mendistribusikan gula impor sesuai kebutuhan wilayahnya. Sehingga kebutuhan masyarakat akan gula saat memasuki bulan Ramadan dapat terpenuhi.

Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto menyebut bahwa akar masalah kenaikan harga gula yaitu karena proses distribusi yang tersendat. Imbasnya, gula dibanderol melebihi harga eceran tertinggi atau HET yang dipatok pemerintah Rp12.500 per kilogram.

"Pada dasarnya stok (gula) cukup. Tinggal mengatur distribusi lancar," kata Mendag Agus melalui video conference, Rabu (29/4).  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya