Liputan6.com, Jakarta - Setelah diangkat oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi gubernur Himsh--sebuh kota kecil di Kufah--, Said bin Amir berangkat menuju daerah tersebut. Dia pun pergi dengan membawa sedikit uang.
Kemudian, suatu saat beberapa orang dari penduduk Himsh yang dipercaya Amirul mukminin datang mengunjunginya. Amirul mukminin Umar bin Khattab berkata kepada mereka, "tuliskan nama-nama orang miskin kalian sehingga dapat terpenuhi kebutuhan mereka.'
Advertisement
Mereka pun menyerahkan daftar orang orang fakir yang butuh disantuni, di dalamnya terdapat nama Fulan, Fulan dan Said bin Amir. Umar bertanya, "siapa Said bin Amir ini?
Mereka menjawab, "dia pemimpin kami." Umar lantas kembali bertanya, pemimpin kalian termasuk orang fakir? Mereka menjawab, "benar, demi Allah. Di rumahnya tidak ada tungku api menyala selama berhari-hari."
Mendengar keterangan itu Umar menangis hingga air matanya membasahi janggut. Kemudian Ia mengumpulkan uang sebanyak 1.000 Dinar dan menaruhnya dalam kantong seraya berkata, "sampaikanlah salamku kepadanya dan katakan kepadanya bahwa Amirul mukminin mengirimkan uang untuk memenuhi semua kebutuhannya."
Sang utusan datang membawa titipan Amirul mukminin. Said bin Amir lalu melihat bungkusan itu dan ternyata di dalamnya terdapat banyak uang dinar. Dia menolaknya seraya mengucapkan, "innalillahi wa inna ilaihi rojiun, seakan-akan dia terkena musibah. Lalu istrinya datang tergopoh-gopoh sambil bertanya, "ada apa said? Apakah Amirul mukminin sudah wafat?
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bagikan ke yang Fakir
Said menjawab, "bahkan lebih dahsyat dari itu." Istrinya bertanya lagi, "apa yang lebih dahsyat dari itu? Said menjawab, "dunia sudah merasuki diriku untuk merusak akhiratku dan sekarang fitnah sudah menyebar di rumahku."
"Kalau begitu campakkan saja," balas istrinya padahal wanita itu tidak tahu mengenai uang dinar tersebut.
"Maukah kau menolongku untuk melakukannya," tanya Said. 'Ya" jawab istrinya.
Maka Said mengambil uang dinar itu dan membagikannya dalam beberapa bungkusan lalu menyerahkan kepada orang-orang Islam yang fakir.
Demikian kisah Said bin Amir yang dikutip dari buku Kisah Agung Sahabat Sahabat Mulia Nabi, karya Dr Abdurrahman Ra'fat Al Basya.
Advertisement