5 Kisah Korban Himpitan Pandemi Corona, dari Jual Ginjal hingga Jadi Maling

Dampak pandemi Corona membuat seorang kuli bangunan nekat merampok dengan menyatroni rumah tetangga majikannya.

oleh Maria Flora diperbarui 09 Mei 2020, 17:32 WIB
Pemulung memilah sampah di Tempat Pembuangan Sementara Kalibata, Jakarta, Jumat (10/4/2020). Kadis Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Andono Warih mengatakan terjadi penurunan tonase sampah rata-rata 620 ton per hari selama penerapan WFH akibat pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Corona tak hanya mengakibatkan belasan ribu orang positif Covid-19. Wabah ini juga berdampak pada warga miskin dan rentan miskin. Terutama bagi mereka yang menggantungkan hidupnya sebagai pekerja harian dengan tingkat pendapatan yang minim.

Terlebih saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai diberlakukan. Berkurangnya kegiatan ekonomi membuat sejumlah perusahaan memutuskan menutup usahanya hingga terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di sejumlah daerah.

Bahkan tak sedikit dari mereka yang melakukan aksi nekat agar bisa sedikit bertahan di tengah pandemi Corona. Ada yang mencuri hingga jual ginjal. 

Di Klaten misalnya, setelah dirumahkan dari tempatnya bekerja, seorang bapak nekat menjual ginjalnya guna mencukupi kebutuhan keluarga. 

Ada pula kisah satu keluarga di Serang, Banten yang kelaparan sehingga harus minum air galon isi ulang selama dua hari.

Keluarga ini sempat mendapat sorotan dan viral di media sosial lantaran sang istri yang meninggal dunia diduga akibat kelaparan lantaran tak tersentuh bantuan.

Berikut sederet kisah mereka yg terhimpit ekonomi di tengah pandemi Corona Covid-19: 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kuli Bangunan Nekat Jadi Maling

Ilustrasi Foto Perampokan dan Pembobolan. (iStockphoto)

Hermanto, kuli bangunan asal Dusun Peron di tengah pandemi Corona. Dia harus memutar otak untuk mencukupi biaya hidup keluarganya.

Apalagi akhir-akhir, anaknya selalu rewel minta uang jajan.

Saat itu, Hermanto sedang mengadu nasib ke Jakarta menjadi kuli bangunan di salah rumah di Perumahan Citra 2, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.

Dia pun memutuskan untuk mendapatkan uang dengan cara kilat di tengah pandemi Corona. Hermanto nekat merampok dengan menyatroni rumah tetangga majikannya.

Namun, saat itu, tak sepeser pun harta benda yang berhasil dibawanya. Hemanto kalah berduel dengan pemilik rumah, Pendi (49).

Kapolsek Kalideres, Kompol Indra Maulana mengatakan, pelakunya berhasil ditangkap kurang dari 1x24 jam. Saat itu, dia merenovasi rumah milik tetangga korban.


Keluarga Pemulung yang Menahan Lapar

Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Kisah keluarga almarhum Yulie Nuramelia juga menjadi berita yang tak kalah menuai sorotan.

Suami almarhumah membagikan kisah hidupnya yang kelaparan hingga harus minum air galon isi ulang selama dua hari. Pekerjaannya yang hanya mencari barang bekas tak mencukupi untuk kebutuhan keluarga dan keempat anaknya. 

Keluarga ini sempat mengajukan bantuan sosial. Namun, data keluarga tersebut ditolak, lantaran tertulis bekerja sebagai petugas kebersihan yang dikira mendapatkan gaji setiap bulan.

Memang benar sang suami, Mohamad Holik bekerja sebagai "petugas kebersihan" yang mencari barang bekas dan layak jual dari tempat sampah atau tepatnya pemulung.

Dia bercerita kalau perut keluarganya terisi makanan hanya hingga Rabu pagi, 15 April 2020. Hingga akhirnya ada salah satu anaknya yang menghubungi relawan untuk meminta bantuan. Relawan itu datang pada Jumat, 17 April 2020. 

"Ini yang ngasih duluan, katanya ada hamba Allah yang ngasih. Saya juga makasih ada yang nyumbang, membantu," kata Holik, ditemui di Kota Serang, Banten, Rabu, 22 April 2020. 

Selama dua hari itu, keluarga Yulie hanya mengisi perutnya dengan air galon. Bahkan sebelum itu terjadi, kerap menahan lapar dengan merebus singkong yang ditanam di sekitar rumahnya. Meski singkong itu masih berukuran kecil dan belum layak konsumsi.

"Makan yang ada aja, singkong itu dicabut, enggak layak makan lah, karena kepepet. Mau minta-minta ke tetangga kan malu. Kalau rejeki mah kan Allah yang ngatur. Mudah-mudahan ada milik, kalau enggak ada milik mah ya itu kosong, minum air, ngerebus singkong," terangnya.


Jual Ginjal

Petugas melewati layar pemantau yang menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Dari 3.580 orang yang menghubungi Posko COVID-19 DKI Jakarta, ada 64 kasus kategori Orang Dalam Pantauan dan 56 Pasien Dalam Pengawasan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Frans (43), warga Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan, harus menelan pil pahit setelah kehilangan pekerjaannya.

Frans semula bekerja di tempat pencucian motor. Namun, dia terkena PHK karen imbas dari wabah Corona yang menyebabkan Covid-19.

Terdesak kebutuhan, Frans dikabarkan ingin menjual salah satu ginjalnya. Frans disebut pergi dari rumah dengan berjalan kaki untuk menemui Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Tetangga satu dusun Frans yang enggan disebutkan namanya menyampaikan, para tetangga tidak mengetahui yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Warga justru tahu setelah beritanya viral di media sosial.

Dia mengatakan, jika memang tahu keluarga Frans mengalami kesulitan, warga dengan senang hati akan membantu.

"Kami para tetangga tidak tahu ada masalah apa, karena orangnya sedikit tertutup," ucap dia.

Mendengar kabar tersebut, Kapolres Klaten AKBP Wiyono Eko Prasetyo bersama Dandim 0723/Klaten Letkol Kav Minarso SIP menyambangi keluarga Frans, Minggu 3 Mei 2020. Keduanya datang memberikan bantuan sembako kepada keluarga Frans untuk memenuhi kebutuhan mereka selama pandemi Corona.

Mereka juga meminta keluarga untuk membujuk Frans agar pulang.


Kisah Pilu ART

Siti Hasanah (53), warga Pakualam, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan ini, terpaksa masih terus beraktifitas demi memenuhi kebutuhan dirinya sehari-hari.

Dia yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) harian, di perumahan kawasan Alam Sutera itu, mengaku harus tetap bekerja untuk kebutuhan makan dan minumnya.

"Saya kalau engga bekerja makan apa," ucap janda sebatang kara ini, ditemui di rumahnya, kawasan Pakualam, Serpong Utara, Jumat, 24 April 2020.

Apalagi, kebijakan PSBB yang diterapkan Pemerintah di Tangerang Raya, juga telah memangkas pendapatan hariannya.

"Saya kerja harian, dibayar Rp 40 ribu per hari. Kerjanya bersih-bersih rumah. Pagi datang, siang pulang. Engga menginap," ujarnya.

Sebelum adanya Corona, dia mengaku hidup dalam keterbatasan, terlebih adanya pembatasan sosial yang memaksa setiap orang, bekerja di rumah. Sehingga menimbulkan kekhawatiran orang yang biasa menggunakan jasanya.

"Setelah ada Corona ini menjadi sekali-sekali saja panggilan kerja buat saya. Kalau sebelumnya kan setiap hari masuk, jadi ada pemasukan harian," kata wanita tanpa anak ini.

Dia mengaku, saat ini sangat berharap bantuan sosial Pemerintah, yang sudah pernah dijanjikan sebelumnya.

"Kemarin repot-repot ada pendataan, katanya saya bakal dapat bantuan Pemerintah. Kalau masih bisa kerja, bisa dapat duit dari keringat sendiri, Ibu nnggak mau ngarep-ngarep bantuan. Tapi Corona ini benar-benar ibu nggak bisa ngapa-ngapain, engga punya apa-apa juga," jelasnya.


Nekat Mencuri karena Lapar

Atek (40), warga Jalan Mawar Gang Banteng, Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia, tertangkap warga saat mengambil 1 goni beras ukuran 5 Kg dari warung di Jalan Cinta Karya Lingkungan 6, Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia, Sabtu, 18 April 2020. 

Atek sempat dipukuli warga. Dia mengaku kelaparan hingga nekat melakukan pencurian. Korban pun memilih berdamai dan memaafkannya.

Kejadian ini sempat diinformasikan ke polisi. Kapolsek Medan Baru Kompol Martuasah Hermindo Tobing, memerintahkan Kanit Binmas Polsek Medan Baru Iptu Hirlan Rudi Suprianto untuk mengecek kediaman Atek.

"Kita ingin melihat kondisi kehidupannya dan apa sebab sampai melakukan pencurian serta untuk membantu yang bersangkutan," kata Martuasah.

Saat Hirlan datang, Atek ternyata sudah berada di rumahnya yang bedinding separuh tepas. Saat ditanyai, dia mengaku sudah sangat lapar sementara tidak ada apa pun yang bisa dimasak untuk dimakannya.

Di rumah itu dia tinggal sendiri. Istrinya memilih meninggalkannya dan pergi ke rumah orang tuanya di Jalan Perjuangan, Sari Rejo. Tiga anaknya dibawa serta.

"Pelaku ini sehari-hari bekerja sebagai tukang bubut di Deli Tua, karena sepi pekerjaan dia tidak mempunyai uang untuk membeli makanan," jelas Martuasah.

Sebenarnya Atek mendapat bantuan beras. Tapi semua sudah diberikan untuk keperluan makan anak dan istrinya. Dia mengaku mencuri karena sudah tidak punya uang untuk membeli makanan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya