Sea Fever: Sejumlah Awak Kapal Tewas Akibat Makhluk Misterius dari Dasar Laut

Laut menyimpan jutaan spesies yang belum terjelaskan identitasnya. Tema ini diangkat sineas Neasa Hardiman dalam Sea Fever yang mencekam.

oleh Wayan Diananto diperbarui 10 Mei 2020, 12:30 WIB
Poster film Sea Fever. (Foto: Fantastic Films/ IMDB)

Liputan6.com, Jakarta Kita telah menyaksikan banyak momen mencekam berlatar lautan di layar lebar. Dari era klasik seperti Jaws, lalu Deep Blue Sea, Deep Impact, The Meg, hingga yang terbaru, Underwater bareng Kristen Stewart. Yang terbaru, Sea Fever.

Sea Fever yang diproduksi tahun lalu melewati jalan panjang untuk menemukan audiensnya. Kali pertama diperkenalkan secara terbatas pada 5 September 2019 di Fetsival Film Internasional Toronto, Sea Fever lalu didistribusikan dalam format live streaming oleh perusahaan Gunpowder dan Dust.

April 2020, saat dunia dilanda wabah Corona Covid-19, Sea Fever hadir dalam video on demand (VOD) di AS dan Inggris. Di Indonesia, Sea Fever hadir lewat aplikasi KlikFilm, yang bisa diunduh via IOS dan Google Play. 


Berlayar ke Zona Terlarang

Adegan film Sea Fever. (Foto: Fantastic Films/ IMDB)

Poros kisah Sea Fever berada di pundak peneliti perilaku makhluk hidup Siobhan (Hermione). Ia menumpang di kapal Niahm Cinn Oir yang dipimpin pasutri Freya (Connie) dan Gerard (Dougray). Kapal itu diperkuat Ciara (Olwen), Sudi (Elie) Omid (Ardalan), dan Johnny (Jack).

Berupaya menjaring sebanyak mungkin ikan, Gerard diperingatkan pihak pelabuhan, zona yang dituju berbahaya. Tak mengindahkan peringatan, Gerard-Freya nekat. Tak berapa lama kemudian, kapal itu tersangkut. Dinding dasar kapal yang terbuat dari kayu memperlihatkan perubahan tekstur.

Perlahan dinding kapal merapuh, mengeluarkan cairan kental hijau kebiruan. Gerard minta Siobhan menyelam untuk mengecek makhluk apa yang menjerat kapal. Lebih besar dari cumi-cumi. Menyerupai Cnidaria tapi beda dengan teritip. Begitu Siobhan menjelaskan.

Lepas dari jeratan makhluk tak dikenal tak lantas membuat kondisi membaik. Suatu malam usai panen banyak ikan, perilaku Johnny tak terkendali. Ia ingin berenang di laut tengah malam. Beberapa menit kemudian, matanya meledak. Seluruh awak kapal syok berat. Siobhan mencoba mencari penyebab.


Fokus Pada Kepanikan Manusia

Hermione Corfield sebagai Siobhan. (Foto: Fantastic Films/ IMDB)

Bahaya di laut bisa disebabkan apa saja. Kenekatan manusia, monster dari perairan, binatang buas, atau bencana alam. Sea Fever menggulirkan teror dengan pendekatan berbeda. Semula, karya Neasa kami pikir mirip Underwater. Ternyata tidak.

Alih-alih mengeksploitasi darah, jeritan, atau kejar-kejaran manusia versus biang teror, Neasa fokus pada kepanikan manusia merespons bahaya tidak terduga. Yang berharap Sea Fever bakal heboh dan diwarnai sejumput selera humor ala film Jason Statham bisa jadi kecewa.


Tiga Konsekuensi

Mata Johnny yang diperankan Jack Hickey diperiksa. (Foto: Fantastic Films/ IMDB)

Dimulai dari membuat keputusan yang salah, satu-dua tokoh film ini menciptakan efek domino bagi karakter lain. Efek domino menguat disertai sejumlah faktor pemicu. Utamanya, spesies yang kemudian ditengarai dari keluarga Hadopelagik. Silakan Anda cek sendiri di literatur apa Hadopelagik itu.

Karena fokus pada kepanikan manusia, maka sepanjang film ini Anda disuguhi adegan di kapal dari ruang kemudi, palka, hingga buritan. Ini membuahkan sejumlah konsekuensi. Pertama, film ini melibatkan unit produksi Swedia dan Belgia, namun kita tak diizinkan menghirup “aroma” dua negara itu dalam film.

 


Momen Bikin Deg-degan

Adegan film Sea Fever. (Foto: Fantastic Films/ IMDB)

Kedua, sebagai film misteri berbalut bencana, Sea Fever secara keseluruhan kurang greng. Meski demikian, ada sejumlah adegan yang bikin kita deg-degan. Khususnya, adegan memeriksa mata dengan senter dan jatuhnya korban pertama. Sekat-sekat kapal terasa lebih mencekam dari biasanya.

Ketiga, bentuk makhluk air yang jadi biang teror kurang terekspos. Penjelasan lisan dari bibir Siobhan jelas tak memberi efek jera bagi penonton yang dari tadi menunggu wujud. Pun cerita samping (tentang cinta) yang diharapkan mengembang dari pihak Siobhan layu sebelum berkembang.


Formula Klasik

Adegan film Sea Fever. (Foto: Fantastic Films/ IMDB)

Model film seperti ini biasanya menerapkan formula klasik. Teror memakan satu demi satu korban dengan cara mati di luar dugaan. Yang tersisa biasanya satu atau tidak ada sama sekali. Tersisa dua korban selamat saja sudah alhamdulillah. Dan sekarang yang selamat tak harus pemeran utama.

Ingat kasus Underwater yang tayang awal tahun ini? Nah, selama menonton Sea Fever ada baiknya Anda tak mengabaikan tokoh-tokoh yang muncul di kapal. Jangan bedakan kasta pemeran utama dari pendukung karena kita tak pernah tahu bagaimana film ini berakhir.


Tak 100 Persen Memuaskan

Dougray Scott sebagai Gerard. (Foto: Fantastic Films/ IMDB)

Sekali lagi secara keseluruhan, Sea Fever tak 100 persen memuaskan. Meski begitu, penceritaan film ini relatif lancar. Menyaksikan Sea Fever sendirian efektif bikin waswas. Apalagi di tengah wabah Corona Covid-19, mendengar kata infeksi disebut di film ini, memantik efek meriang di jiwa.

Chemistry Connie Nielsen dan Dougray Scott terasa stabil. Karakter Siobhan yang terasa dingin di awal menghangat memasuki pertengahan. Sayang, tak sempat memanas sampai akhir. Kenapa? Anda bisa saksikan sendiri filmnya.

 

 

Pemain: Connie Nielsen, Hermione Corfield, Dougray Scott, Olwen Fouere, Jack Hickey, Ardalan Esmaili, Dag Malmberg, Elie Bouakaze

Produser: Brendan McCarthy, John McDonnell

Sutradara: Neasa Hardiman

Penulis: Neasa Hardiman

Produksi: Fantastic Films, Flexibon Films

Durasi: 1 jam, 30 menit

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya