Takdir ‘Reborn’ Popularitas Sang Didi Kempot

Penyanyi campursari Didi Kempot bangkit kembali meraih sukses kedua. Kali ini malah menggaet para penggemar dari generasi milenial dan tetap bermodalkan lagu campursari Jawa.

oleh Fajar Abrori diperbarui 09 Mei 2020, 21:30 WIB
Penyanyi campursari Didi Kempot ketika konser di Balai Kota Solo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Didi Kempot tutup usia pada 5 Mei 2020. Ia meninggal ketika saat kembali ke masa puncaknya sebagai musikus campursari. Nama Didi Kempot dalam industri musik memang pasang surut. Tahun 1990-an, namanya melambung berkat tembang Stasiun Balapan. Seiring waktu, namanya terbenam. Namun, dia kembali reborn dengan sebutan The Godfather of Broken Heart pada tahun 2019 lalu.

Kemunculan kembali Didi Kempot berawal ketika para blogger anak muda yang tergabung dalam komunitas Rumah Blogger Indonesia (RBI) menggelar reuni sekaligus halalbihalal di Solo usai Lebaran 2019. Sudah menjadi rutinitas para blogger ini untuk halalbihalal di Solo usai Lebaran. Ketika itu mereka belum ada rencana tempat dan waktu halalbihalal. Dan pada akhirnya ditetapkan reuninya di Bakdan ing Balekambang 2019 dengan bintang tamu Didi Kempot.

"Temen-temen itu seneng, apalagi mereka ini kan penggemar Didi Kempot sejak kecil. Mereka janjian dan titik kumpul di Balekambang," kata Blontank Poer yang juga sesepuh RBI, Sabtu (09/05/2020).

Para blogger ini mayoritas anak muda kalangan milenial. Artinya mereka ini akrab dengan gawai dan media sosial. Dan takdir kepopuleran kembali Didi Kempot menemukan jalannya. Video anak muda yang menonton konser Didi Kempot ini pun viral di Twitter. Bahkan, nama Didi Kempot pun sempat menjadi trending topic di Twitter.

"Jadi bisa dibilang reborn-nya Mas Didi Kempot ini ‘kecelakaan’. Atau dalam bahasa lainnya memang takdirnya Mas Didi Kempot kembali naik," kata Blontank.

Simak video pilihan berikut


Bapak Lara Ati

Penyanyi campursari Didi Kempot ketika menghibur para penonton yang hadi dalam konsLer di The Sunan Hotel Solo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Berawal dari viralnya di sosial media, nama Didi Kempot mulai dilirik kalangan anak milenial.  Terlebih lagi usai konser itu, para blogger ini menggelar Munas Loro Ati Nasional di markas RBI, Solo pada bulan Juni 2019. Acara ini pun kembali viral. Apalagi pada acara tersebut, Didi Kempot menyempatkan hadir.

"Awalnya kan Didi Kempot enggak bisa hadir. Saya sempat menelepon Beliau. Karena ada acara di Jawa Timur, akhirnya saya memberikan usulan agar Mas Didi video call. Tapi ternyata Mas Didi malah menyempatkan hadir setelah dari Jawa Timur. Jadi itu betul-betul kejutan. Dan malah jadi acara jumpa fans dengan Mas Didi," kata Blontank.

Acara Munas Loro Ati Nasional ini kembali viral di media sosial. Seiring dengan viralnya Didi Kempot, muncul beragam istilah-istilah dari kalangan generasi milenial, seperti Godfather of The Broken Heart, Lord Didi Kempot, Bapak Lara Ati, Sobat Ambyar, Sedbois dan Sedgels.

Reborn Didi Kempot kembali menemukan jalannya saat Gofar Hilman, penyiar sekaligus YouTuber menggelar Ngobam Didi Kempot di Gulo Klopo pada bulan Juli 2019. Tak terkira, penontonnya membeludak.

"Mas Didi semakin populer. Apalagi di kalangan milenial," kata Blontank.


Menembus Batas

Blontank Poer sahabat Didi Kempot yang ikut membantu Lord Didi kembali menggapai puncak karier.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Jadwal manggung dan job Didi Kempot semakin banyak. Ia diundang sebagai bintang tamu maupun artis penghibur dalam sejumlah acara di ibu kota dan televisi. Musik campursari yang dulunya hanya menjadi ‘tanggapan’ untuk acara pernikahan, tapi Didi Kempot berhasil membawanya ‘naik kelas’.

"Setelah Ngobam itu, Didi Kempot manggung di acara ulang tahun PKB di Jakarta. Itu pertama kalinya mendobrak Ibu Kota dan penontonnya membeludak. Lalu diundang di Kompas TV, ulang tahun Paspampres dan juga pentas di Istana Negara," kata Blontank yang juga mantan jurnalis ini.

Blontank, meski tidak masuk dalam manajemen Didi Kempot, membantu sang maestro untuk memilih dan menyeleksi acara yang strategi untuk pentas. Termasuk membantunya untuk menyiapkan standar akomodasi saat pentas.

"Mas Didi ini sebenarnya juga dibantu dengan mereka-mereka yang sebelumnya sudah pernah meng-cover lagu-lagunya. Karena ketika Mas Didi ini muncul, para anak muda ini baru tahu ternyata Mas Didi ini adalah penyanyi asli dari lagu yang di-cover itu," kata dia.


Naik Helikopter

Penyanyi campursari Didi Kempot saat menggelar konser di Solo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sejak saat itu, permintaan Didi Kempot untuk manggung melonjak. Dalam sebulan, Didi Kempot bisa sampai 40 kali manggung. Bahkan, pernah sehari Didi Kempot pentas empat tempat, yakni, Jogja, Tangerang, Semarang kembali ke Jogja.

"Itu saat dari Semarang ke Jogja naik helikopter yang sudah disediakan yang ngundang," kata Blonthank, sahabat dekat Didi Kempot.

Popularitas Didi Kempot linear dengan kenaikan honor. Blontank menyebut dari yang semula Rp 45 juta menjadi Rp 175 juta. Meski melonjaknya cukup tinggi, nilai tersebut sangat tepat untuk Didi Kempot yang sudah berproses selama 30 tahun dalam bermusik.

“Mas Didi sudah 30 tahun berproses. Dan Mas Didi memang sudah waktunya untuk menuai hasil kerjanya," ujarnya.

Hanya saja di tengah puncak kariernya, takdir berkata lain, Didi Kempot mengembuskan nafas terakhir di IGD RS Kasih Ibu Solo pada Selasa, 5 Mei 2020. Tak pelak kepergian sang maestro menjadi duka bagi keluarga serta para penggemar yang tergabung dalam Sobat Ambyar, Kempoters, Sad Bois, Sad Gerls dan lainnya. 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya