Jadi Pasien Pertama di Indonesia, Ini Senjata Sita Tyasutami Taklukkan Corona Covid-19

Sita yang sempat hampir menang melawan Covid-19, mendadak drop kembali karena batinnya tertekan dan merasa depresi.

oleh Yopi Makdori diperbarui 10 Mei 2020, 07:29 WIB
Banner Infografis Pasien 01, 02, 03 Sembuh dari Corona. (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Bertarung melawan virus corona Covid-19 tentunya bukan hal yang mudah sekaligus menjadi pelajaran penting bagi Sita Tyasutami.

Tak hanya soal fisik yang diserang virus, namun kondisi psikis juga turut mempengaruhi keadaan yang harus dilaluinya. Terlebih ketika semua mata tertuju padanya setelah ia menyandang status pasien 01 kasus corona Covid-19 di Indonesia.

Sita Tyasutami merupakan pasien kasus pertama Covid-19 di Indonesia yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Negara pada 2 Maret 2020 silam.

Setelah informasi itu disampaikan secara resmi, media massa secara masif menggandakan kabar tersebut.

Dalam kisah yang disampaikan di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Sita mengaku banyak menerima teror dari media massa maupun orang-orang tak dikenalnya melalui jejaring media sosial dan aplikasi chat yang ia miliki.

Mereka berlomba menggali lebih jauh tentang apa, kapan, dan bagaimana Sita tertular virus SARS-CoV-2 yang berasal dari daratan Tiongkok tersebut.

Beban pikiran hingga stres semakin menjadi-jadi kala kasusnya mulai banyak disebut di televisi, koran, maupun media daring lainnya. Tentunya itu yang membuat diri dan mentalnya semakin ciut.

Usaha penyembuhan yang sudah dilakukan Sita seakan sia-sia. Energinya sirna dan kembali drop. Hingga akhirnya dia putuskan untuk tidak melihat televisi, tidak bersosial media dan membatasi diri dengan alat perangkat komunikasi lainnya.

Sita mengenang, dia yang awalnya hampir menang melawan Covid-19, mendadak drop kembali karena batinnya tertekan dan merasa depresi. Namun seketika Sita mulai menyadari bahwa menghadapi Covid-19 dan status pasien 01 adalah soal dua pilihan, yakni mau berfikir negatif atau positif.

“Kita memiliki dua pilihan. Kita bisa mengambil dan melihat semuanya secara negatif atau melihat semua secara positif,” kata Sita, Sabtu (9/5/2020).

Dia mengakui bahwa pikiran menjadi faktor terbesar dalam upaya penyembuhan dan pemulihan dirinya dari Covid-19. Pikiran yang stres dan depresi dapat melemahkan imunitas yang berdampak pada kerentanan tubuh.

Sebaliknya, menurut Sita, dengan berpikiran positif maka tubuh seakan merespons bentuk baik itu, sehingga virus corona Covid-19 dapat ditaklukkan.

“Karena itu kan menurunkan immune system, ya. Jadi, memang akhirnya gejala-gejala yang sudah hilang, kembali lagi,” ungkapnya.

Setelah menyadari hal itu, maka Sita bergegas menggunakan waktunya sebaik mungkin ketika melakukan isolasi mandiri dengan kegiatan yang disukai dan menjadi rutinitas sehari-hari.

“Di saat saya bisa (berpikiran) positif dan saya mulai semangat untuk sembuh, saya di dalam isolasi saya melakukan yoga, olahraga sedikit-sedikit, saya menari, saya nyanyi, semua saya lakukan aktif,” jelas Sita.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Gotong Royong Putus Corona

ilustrasi virus. (Sumber: liputan6.com)

Dalam kondisinya yang sedang berjuang itu, ia juga mendapat dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Banyak yang akhirnya membujuk Sita untuk membuat sebuah kampanye positif kepada orang-orang agar tidak panik dan dapat melakukan upaya pencegahan Covid-19.

Bagi Sita bentuk dukungan itu menjadi penting. Dia tidak bisa terus menerus mengurung diri dan membiarkan stres menguasai dirinya. Lantas, atas saran dari keluarga yang diterima Sita justru berdampak sangat baik. Berangsur-angsur ia mulai bangkit dan menegakkan pemulihan kesehatan.

"Tapi emang kemudian saya bisa ambil positifnya, karena memang dari dukungan keluarga yang bilang, OK, Sita ini sudah terlanjur semua orang tahu kita gunakan ini positive campaign, untuk mengurangi kepanikan di masyarakat. Baru, akhirnya saya bisa mengaktifkan kembali social media saya dan saya ubah mindset saya untuk melakukan hal yang positif terus, gitu bagi keluarga, maupun ya bangsa Indonesia,” ungkap Sita.

Segala upaya dilakukan Sita demi menang melawan virus yang dia dapatkan dari kasus impor atau imported case. Dengan selalu berpikiran positif dan semangat yang tinggi serta dukungan dari orang-orang terdekat, akhirnya Sita mampu menaklukkan virus yang menginfeksi tubuhnya.

Bagi Sita, terinfeksi virus corona jenis baru itu tentunya bukan harapan dirinya dan setiap orang. Terpapar Covid-19 juga bukanlah sebuah aib. Namun yang perlu dipahami adalah virus SARS-CoV-2 ini tidak memandang siapapun. Setiap orang berpotensi tertular.

Oleh sebab itu, Sita berharap agar semua orang dapat bergotong royong untuk memutus rantai penularan Covid-19 dengan tetap di rumah saja dan menjalankan anjuran pemerintah, menerapkan protokol kesehatan, dan selalu berpikiran positif.

“Ini saatnya kita kembali gotong royong dari rumah masing-masing untuk sama-sama memutus rantai penyebaran virus Covid-19,” ia menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya