Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana meluncurkan aplikasi yang memudahkan orang mengecek gejala Covid-19.
Laporan Reuters yang dikutip Minggu (10/5/2020) menyebut, aplikasi ini ditujukan bagi orang-orang yang ada di negara bersumber daya rendah. Aplikasi ini juga akan memanfaatkan penggunaan Bluetooth untuk pelacakan kontak.
Cara kerjanya, aplikasi akan menanyakan gejala-gejala yang dirasakan serta menawarkan bimbingan jika kemungkinan pengguna terjangkit Covid-19. Demikian diungkapkan oleh Chief Information Officer WHO Bernardo Mariano.
Baca Juga
Advertisement
Selanjutnya, terkait informasi pengetesan Covid-19, aplikasi akan disesuaikan berdasarkan negara tempat tinggal pengguna.
Mariano mengatakan, meskipun WHO merilis aplikasi di toko aplikasi secara global, pemerintah tiap negara bisa memanfaatkan teknologi yang mendasari aplikasi ini. Pemerintah di suatu negara juga bisa menambahkan fitur dan merilis versi mereka sendiri di toko aplikasi.
Sebelumnya India, Australia, dan Inggris telah memiliki aplikasi Covid-19 menggunakan teknologi masing-masing.
Fiturnya pun serupa, seperti menginformasikan ke pengguna untuk melakukan tes berdasarkan sejumlah gejala yang dilakukan. Ada juga fitur yang mencatat pergerakan orang, guna memungkinkan penelusuran kontak yang lebih efisien.
Untuk Negara Amerika Selatan dan Amerika
WHO berharap aplikasi ini menarik minat negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika. Pasalnya di sana, jumlah kasus terus melonjak.
Terlebih, negara-negara tersebut mungkin kekurangan sumber daya teknologi dan engineer untuk mengembangkan aplikasi, atau kesulitan menjalankan tes dan mengedukasi masyarakatnya.
"Aplikasi ini sungguh bernilai bagi negara-negara yang tidak memiliki apa-apa," kata Mariano.
Para pengembang aplikasi milik WHO ini telah berbicara dengan Apple dan Google untuk mengadopsi teknologi mereka, agar pelacakan bisa lebih baik.
Advertisement
Perangkat Berjabat Tangan Virtual
Teknologi yang dipakai mengandalkan "jabat tangan virtual" antar smartphone milik pengguna dalam waktu kurang lebih lima menit.
Smartphone pun dibuat tetap anonim sehingga nantinya orang yang telah dites positif Covid-19 (secara anonim) mengirimkan pemberitahuan ke kontak terbaru tentang kemungkinan paparan virus.
Namun menurut Mariano, pertimbangan legal dan privasi melarang WHO menghadirkan fitur tersebut. "Kami ingin memastikan, kami memagari semua risiko di sekitarnya," katanya.
Pihak Apple dan Google menyebut, sistem mereka tak akan menggunakan data apapun untuk keperluan lain dan akan dihentikan saat pandemi berakhir.
Nah, bagi mereka yang sulit mendapatkan akses internet, WHO akan notifikasi melalui pesan SMS.
(Tin/Isk)