Manajemen Informasi Kunci Agar Kurva Kasus Covid-19 Landai

Hamdi menyebut ada sejumlah indormasi yang berlebihan dan tergolong menakut-nakuti sehingga membuat psikologis masyarakat terganggu.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 10 Mei 2020, 18:06 WIB
Pasukan oranye mengumpulkan sampah di tengah Pandemi Covid-19, Jakarta, Jumat (8/5/2020). Semenjak diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Ibu Kota membuat aktivitas warga berkurang dan jalan menjadi lengang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Ahli Psikologis Politik Hamdi Muluk menekankan pentingnya manajemen informasi agar kurva kasus Corona (Covid-19) di Indonesia landai. Menurut dia, pemerintah harus memastikan bahwa segala informasi yang sampai ke masyarakat tepat, akurat dan tidak simpang siur.

Dengan begitu, masyarakat tidak mendapat informasi yang bisa dan hoaks terkait penanganan Covid-19. Pasalnya, Hamdi menyebut ada sejumlah indormasi yang berlebihan dan tergolong menakut-nakuti sehingga membuat kondisi psikologis masyarakat terganggu.

"Jadi manajemen informasi kata kunci karena ini akan mempengaruhi pola pikir orang. Informasi yang masuk melalui emosi mempengaruhi cara orang berperilaku," kata Hamdi Muluk dalam video conference yang disiarkan di Youtube BNPB, Minggu (10/5/2020).

Selain itu, dia menegaskan bahwa semua pihak harus mengikuti protokol kesehatan Covid-19 dengan mencuci tangan, memakai masker, hingga menjaga jarak atau social distancing. Hamdi berharap masyarakat mengikuti kebijakan tersebut selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) agar penyebaran virus corona tidak semakin meluas.

"Masyarakat harus menaati social distancing. Yang paling ketat itu lockdown atau karantina wilayah, kita pilih tengah-tengahnya PSBB supaya ekonomi tidak mati total," jelasnya.

Akademisi Universitas Indonesia itu meminta pemerintah mempercepat rapid test (tes cepat) untuk memetakan daerah-daerah mana saja yang zona merah dan hijau. Menurut dia, adanya pemetaan lokasi ini akan mempermudah pemerintah menekan angka penyebaran corona.

"Supaya kita tahu bahwa mana yang perlu tutup (PSBB) atau tidak diturup. Rapid test ini perlu diusahakan secepat mungkin seluas mungkin," ucap Hamdi.

Selanjutnya, pemerintah juga harus memaksimalkan rumah sakit rujukan corona, menyiapkan alat pelindung diri (APD), dan ventilator untuk penanganan pasien corona. Hamdi mengakui bahwa sebenarnya yang dibutuhkan saat ini adalah vaksin penyakit.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pemerintah Harus Maksimal

Namun, dia juga menyadari bahwa butuh waktu lama untuk menciptakan suatu vaksin. Oleh karena itu, Hamdi menilai pemerintah saat ini harus memaksimalkan upaya-upaya diatas agar kurva virus corona dapat landai.

"Metode ini tentu perlu dukungan perilaku dari masyarakat. Jadi kenapa kebijakan ini subjek (dan) objeknya orang, orang yang berperilaku manusia," tutur Hamdi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta kurva kasus virus Corona atau Covid-19 harus sudah menurun pada Mei 2020. Dengan begitu, maka pandemi Corona dapat masuk fase ringan pada Juli 2020.

"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai, sesuai dengan target yang kita berikan yaitu kurvanya sudah harus turun. Dan masuk posisi sedang di Juni, di Juli harus masuk posisi ringan. Dengan cara apa pun," kata Jokowi saat memimpim sidang kabinet paripurna melalui video conference, Rabu 6 Mei 2020.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya