6 Pekerjaan Sampingan Pesepak Bola Indonesia

Pesepak bola Indonesia juga memiliki pekerjaan sampingan agar pemasukannya stabil.

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 10 Mei 2020, 20:15 WIB
6 Pekerjaan sampingan unik pemain sepak bola Indonesia. (Foto Dok Bola.com dan Liputan6.com)

Jakarta - Menjadi pesepak bola Indonesia banyak cobaannya. Kompetisi pernah terhenti gara-gara konflik. Selain itu, klub juga kadang menunggak pembayaran gaji.

Pada 2015, Indonesia tak ada kompetisi akibat konflik PSSI dengan pemerintah yang menyebabkan liga berhenti total. Akibatnya, banyak pesepak bola yang langsung banting setir menjalani pekerjaan lain.

Pada waktu itu, ada pemain yang berjualan sembako, gas, dan lainnya. Setelah kompetisi bergulir lagi, mereka pun kembali ke sepak bola.

Tetapi, ada banyak dari mereka yang masih menjalankan pekerjaan sampingan hingga sekarang.

Banyak pesepak bola Indonesia yang terpaksa menjalankan pekerjaan lain agar pemasukannya stabil. Beberapa dari mereka menjadi PNS di daerah, memiliki kafe serta warung makan, bisnis online, dan yang lainnya.

Bagi yang menjadi karyawan tetap, baik PNS maupun BUMD, mereka setidaknya lebih tenang ketika jasanya di sepak bola tak dibutuhkan lagi. 

Bagi yang menjalankan bisnis, mereka harus terus memutar otak setiap saat agar jualannya laris manis. Berikut pekerjaan-pekerjaan unik pesepak bola Indonesia.

 


Pemadam Kebakaran

Andrianto, pemain Persekam Metro FC yang juga bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Klub Liga 3 yang bermarkas di Kabupaten Malang, Persekam Metro FC, punya cara unik untuk membuat pemainnya betah. Pada 2013 hingga 2014, mereka memberikan tugas tambahan kepada pemainnya bekerja di lingkup BUMD dan pemerintahan Kabupaten Malang.

Kebijakan itu sekarang justru menjadi warisan bagi para pemainnya. Sejak turun kasta ke Liga 3 dan pengelolaan berganti tangan pada awal 2018, hampir 100 persen ada pergantian pemain.

Para pemain yang tidak lagi membela Persekam Metro FC, sampai saat ini masih bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai pekerja honorer.

Delapan pemain dipekerjakan di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Malang. Mereka adalah Setyo Adi Prastowo, Amirul Bukhori, Andrianto, Yuanugrah, Joko Slamet, Heri Susanto, Samsul Bahtiar dan Tria Yuda.

Cara itu juga diterapkan oleh Persip Pekalongan pada 2011-2012. Mereka mempekerjakan beberapa pemain di Dinas Damkar setempat dan Rumah Sakit.


Pelukis dan Bartender

Kiper Bali United, I Made Wardana menepis tendangan penalti pemain Persija Jakarta, Luiz Junior pada laga Liga 1 2017 di Stadion Patriot, Bekasi, Minggu (21/5/2017). (Dok Bola.com)

Mantan kiper Arema, I Made Wardana, tak hanya mahir di bawah mistar gawang, namun juga piawai dalam melukis.

Made menjalankan hobinya itu di sela-sela kesibukannya ketika menjadi pesepak bola. Ternyata, Made juga piawai menjadi pengolah minuman alias bartender.

Namun, dua pekerjaan sampingan itu bukan yang utama bagi dia. Made memilih menjalankan bisnis villa di Ubud yang lebih menjanjikan.


Driver Ojol

Penjaga gawang Cilegon United, Ghoni Yanuar Gitoyo, kini banting setir menjadi driver ojol di kawasan Kabupaten Semarang. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Kiper gawang klub Liga 2, Cilegon United, Ghoni Yanuar Gitoyo, memiliki pekerjaan lain untuk membuat dapur keluarganya tetap mengepul.

Ghoni kini menjalani profesi sebagai driver ojek online (Ojol). Mantan penjaga gawang PSIS Semarang itu mangkal di Kota Salatiga dan mencari orderan pada sore hingga malam.

"Saya menjadi driver ojol sudah berjalan dua pekan. Bagaimanapun harus bisa memanfaatkan peluang usaha apa saja," kata Ghoni saat berbincang dengan Bola.com, Rabu (29/4/2020).

Di tengah pandemi virus corona yang memaksa masyarakat tetap berada di rumah, Ghoni tak khawatir. Pasalnya, orderan tetap berjalan terutama untuk pengiriman makanan.

"Untuk penumpang memang cenderung sepi, lebih banyak yang memesan makanan. Terutama menjelang waktu berbuka puasa, banyak yang order," jelas Ghoni Yanuar.

Ghoni cukup menikmati pekerjaan barunya itu. Ia pun tak malu dengan predikat tukang ojek. Apalagi, ia harus berpikir keras karena sumber pendapatan utama di sepak bola untuk sementara berhenti.

"Kenapa harus malu? Bagi saya yang penting mencari uang yang halal. Dinikmati saja, Insya Allah berkah dengan pekerjaan ini," tuturnya.


Belantik Sapi

Mantan pemain Arema, Fariz Bagus Dhinata, kini menjadi belantik sapi. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Mantan pemain Arema FC, Fariz Bagus Dhinata, kini menjadi penjual sapi alias belantik.

“Waktu itu tahun 2016. Sehari jelang tanda tangan kontrak dengan sebuah klub. Saya patah tulang tangan. Sejak itu saya berhenti. Ayah saya menawarkan mencoba bisnis yang selama ini sudah dalam dijalaninya. Jadi berbisnis sapi,” kata Fariz.

Pemain yang sempat dipanggil Timnas Indonesia U-23 IPL ini mengaku tidak malu jadi belantik sapi. “Bagi saya, yang penting halal,” jelasnya.

Bicara pemasukan, ternyata bisnis ini juga tak kalah dari gaji pesepak bola, mencapai puluhan juta rupiah dalam sebulan. Tetapi, Fariz mengaku tidak mudah mempelajari bisnis ini. Meski dia dibimbing langsung oleh ayahnya, butuh waktu 3 bulan sampai 1 tahun bisa mahir dalam jual beli sapi. 


Mencatat Meteran Air

PSIS Semarang Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Pada era 1990-an hingga awal 2000, klub-klub Indonesia masih sangat dekat dengan pemerintah. Klub masih disokong dana APBD, dan peran kepala daerah sangat menentukan kesuksesan klub.

Pada era itu, klub juga memberikan pekerjaan kepada pemain, terutama putra daerah. Sebagai contoh, PSIS Semarang menempatkan beberapa pemain di kantor PDAM Kota Semarang.

Pekerjaan mereka beragam, dari menjadi staf administrasi sampai petugas pencatat meteran air di rumah warga. Dua di antara pemain PSIS yang bekerja di PDAM ialah Basuki (kiper) dan Prananda Aditya.

 


Marketing Rendang

Pemain anyar Arema, Gitra Yuda Furton jelang bursa transfer ditutup. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Pemain Arema FC mulai melakukan aktivitas lain saat pulang kampung. Ada yang menjaga kondisi dengan bersepeda hingga latihan individu di rumah. Tetapi, ada satu pemain yang punya kegiatan unik, yakni bek Gitra Yuda Furton.

Mantan pemain Martapura FC ini menjadi marketing masakan ibunya di Padang. Beberapa kali dia mempromosikan rendang (olahan daging khas Padang) di media sosialnya.

“Rendang itu buatan ibu saya. Tidak setiap hari jualan rendang sebenarnya. Hanya melayani pesanan. Jadi, saya bantu promosikan,” kata pemain berusia 27 tahun itu.

Menurut Gitra, tidak mudah menawarkan rendang di Padang karena mayoritas masyarakat di sana banyak yang bisa memasak sendiri. Apalagi, kondisi Indonesia tengah diterjang virus corona, sehingga mayoritas warga di Padang memilih tidak keluar rumah.

“Agak susah juga berjualan di kondisi seperti ini. Untuk sementara saya juga menawarakan orang yang sudah kenal,” sambungnya.

Gitra terkadang yang mengantar pesanan rendang tersebut. Meski kini dia jadi pemain tim besar, Arema FC, dia tak besar kepala. Dia masih membantu ibunya dari pemasaran hingga pengiriman.

“Mau main di manapun saya tetap seperti ini. Tidak berubah,” jelas pemain jebolan Semen Padang junior tersebut.

Disadur dari Bola.com (Penulis / Editor Wiwig Prayugi, Published 10/5/2020)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya