Jakarta - Sewaktu kecil, Saddil Ramdani begitu gigih untuk menggapai cita-citanya sebagai pesepak bola. Saat masih duduk di Sekolah Dasar (SD), pemain kelahiran Raha, Sulawesi Tenggara ini rela untuk singgah dari satu daerah ke daerah lain hanya untuk memenuhi hobinya itu.
"Saat kelas 5 SD, saya mulai ke luar kota. Ke Kendari, ke Wara, dan ke Konawe. Tidak menetap di satu daerah saja untuk bermain sepak bola," ujar Saddil Ramdani dikutip dari wawancaranya dengan AA TIVI di YouTube.
Advertisement
"Saya sempat ingin tidak melanjutkan sekolah karena sudah cinta dengan sepak bola. Saya memutuskan mencari uang di sepak bola dan tidak berpikir melanjutkan sekolah," imbuhnya.
Saat usianya mulai beranjak dewasa, Saddil merantau ke Malang, Jawa Timur. Di sana, gelandang berusia 21 tahun tersebut ditampung oleh Sekolah Sepak Bola (SSB) milik Aji Santoso, ASIFA.
"Dulu saat saya dibuang dari daerah sendiri dan dianggap tempramental, saya pindah ke Kendari. Saya mengikuti tarkam. Akhirnya saya ke Malang dan dititipkan ke coach Aji dan Danurwindo. Saya sekolah sambil bermain sepak bola," tutur Saddil Ramdani.
Dibesarkan oleh Persela
Di ASIFA, Persela Lamongan mencium bakat Saddil Ramdani. Pada 2016 atau saat usianya baru menginjak 17 tahun, sang pemain telah memulai karier profesional.
Saat itu, Saddil dianggap sebagai wonderkid menjanjikan. Pada 2018, pemain yang saat ini memperkuat Bhayangkara FC itu pernah membela tiga level timnas sekaligus, senior, U-22, dan U-19.
Advertisement
Pindah ke Malaysia
Tiga tahun di Persela, Saddil hijrah ke Malaysia untuk bergabung dengan Pahang FA pada 2019. Mulai tahun ini, pemain berkaki kidal ini kembali ke Indonesia untuk berbaju Bhayangkara FC.
"Saya mengawalinya bersama Persela dari 2016 sama 2018. Pada 2018, saya pernah membela tiga kelompok timnas," ucap Saddil.
Sumber: AA TIVI di YouTube
Disadur dari Bola.com (Muhammad Adiyaksa / Wiwig Prayugi)