Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus mengupayakan langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dari sisi moneter, sekaligus memitigasi dampak Covid-19 yang lebih dalam.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menjelaskan, setidaknya ada enam kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia dalam memitigasi dampak Covid-19.
"Pertama, penurunan suku bunga kebijakan moneter, 2 kali, masing-masing 25 business point menjadi 4,5 persen. penurunan suku bunga ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang rendah dan terkendali pada kisaran 3 persen plus minus 1 persen, serta untuk mendukung pemiulihan ekonomi nasional," ujar Perry, Senin (11/5/2020).
Selanjutnya, kata Perry, pada 13-14 April lalu, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-rate dengan pertimbangan perlunya memprioritasi kebijakan suku bunga untuk menjaga stabilitas nlai tukar rupiah dalam jangka pendek.
Baca Juga
Advertisement
Kedua, BI terus melakukan stabilisasi dan penguatan nilai tukar rupiah. BI terus meningkatkan intensitas kebijakan inrtervensi, baik di pasar spot, domestic nondelivery forward maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
"Kebijakan ini didukug oleh kecukupan cadangan devisa yang lebih dari cukup, dan juga BI telah menjalin kerjasama dengan bilateral swap dan juga repo line dengan sejumlah bank sentral, termasuk bank sentral Amerika Serikat dan Tiongkok," jelasnya.
Perry menyebutkan, dengan langkah-langkah stabilisasi tersebut, nilai tukar rupiah bergerak menguat, dari semula hampir menembus Rp 17 ribu, sekarang sudah di bawah Rp 15 ribu, bergerak stabil dan cebderung menguat.
"Ketiga, memperluas instrumen dan transakasi di pasar uang dan pasar valas. Hal ini dilakukan dengan menyediakan lebih banyak instrumen lindung nilai terhadap resiko nilai tukar rupiah melalui transaksi domestic nondelivery forward, memperbanyak transaksi swap valas, serta penyediaan repo untuk kebutuhan likuiditas perbankan," beber Perry.
Langkah Selanjutnya
Keempat, lanjutnya, untuk mendorong pembiayaan dunia usaha dan pemulihan ekonomi nasional, BI telah melakukan injeksi likuiditas atau Quantitative Easing (QE) ke pasar uang dan perbankan dalam jumlah yang besar.
"Hingga mei 2020 ini, BI telah melakukan injeksi likuiditas sekitar Rp 503,8 triliun, hal ini dilakukan antara lain melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, penyediaan likuiditas perbankan dengan repo SBN, swap valas serta penurunan giro wajib minimum," kata dia.
Kelima, pelonggaran kebijakan makro prudential untuk mendorong perbankan dalam mendorong dunia usaha dan ekonomi. Hal tersebut dilakukan melalui pelonggaran ketentruan rasio loan to value, atau rasio uang muka kredit, rasio intermediasi makro prudential, serta penurunan GWM rupiah untuk pembiyaan dunia usaha, khususnya untuk eksport-import maupun UMKM dalam rangka memiitigasi dampak Covid-19.
Keenam, kemudahan dan kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai untuk mendukung berbagai transaksi di ekonomi dan keuangan.
Hal ini, kata Perry, dilakukan melalui pengedaran uang yang higenis dan mendorong masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi non tunai, seperi uang elektronik, mobile internet banking maupun penggunaan QRIS.
"Bank Indonesia juga mendukung pemerintah melalui elektronifikasi penyaluran program sosial pemerintah seperti PKH, BPNT, kartu prakerja, maupun Kartu Indonesia Pintar untuk meringankan beban masyarakat dari dampak covid-19," pungkasnya.
Advertisement