Kebocoran Gas di India Tewaskan 12 Orang, Demonstran Bawa Jasad Desak Pabrik Ditutup

Pada Sabtu 9 Mei, para pemrotes dilaporkan membawa mayat saat menyerbu pabrik kimia di India, menuntut penutupan fasilitas setelah kebocoran gas beracun.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Mei 2020, 12:49 WIB
Warga berkumpul di depan pabrik kimia LG Polymers menyusul kebocoran gas di Visakhapatnam, India, Kamis (7/5/2020). Menurut pemilik fasilitas pabrik, pembuat baterai Korea Selatan LG Chemical Ltd, situasi karena kebocoran gas itu telah berada di bawah kendali. (AFP)

Liputan6.com, Visakhapatnam - Ratusan orang berunjuk rasa membawa jasad menyerbu pabrik kimia India. Mereka meminta penutupan pabrik setelah kebocoran gas beracun menewaskan 12 orang pada 7 Mei.

Kecelakaan gas kimia yang bocor di kota pelabuhan industri Visakhapatnam, India tersebut juga telah melukai ratusan orang, dan membuat banyak orang tak sadarkan diri ketika mereka mencoba melarikan diri dari daerah itu.

Pejabat pemerintah negara bagian sedang melakukan tur keselamatan pabrik miliki LG Chem Korea Selatan itu, ketika kerumunan sekitar 300 orang menerobos melewati polisi dan petugas keamanan.

Sebelum didorong kembali oleh petugas keamanan, para pemrotes meneriakkan slogan-slogan yang menuntut keadilan bagi orang yang tewas dan penutupan pabrik, seperti dikutip dari Aljazeera, Senin, (11/5/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:


3 Korban Tewas adalah Anak-anak

Asap mengepul dari pabrik kimia LG Polymers yang mengalami kebocoran gas di Visakhapatnam, India, Kamis (7/5/2020). Insiden tersebut menyebabkan 11 orang tewas dan ratusan lainnya harus menjalani perawatan di rumah sakit. (AFP)

Ada 3 di antara korban yang tewas adalah anak-anak dan puluhan orang masih di rumah sakit.

Andhra Pradesh Gautam Sawang, Kepala polisi negara bagian, mengatakan bahwa situasi di fasilitas itu untuk sekarang ini "terkendali".

Pihak berwenang telah memulai penyelidikan pembunuhan atas kebocoran gas tersebut. Selain itu, pengadilan lingkungan India telah mendenda perusahaan itu sebesar $ 6,2 juta (sekitar Rp. 92 miliar) sebagai hukuman awal.

Polisi mengatakan sejak pemberlakuan lockdown Virus Corona di India, pabrik itu tidak digunakan. Polisi mencurigai kebocoran itu disebabkan oleh gas yang tersisa di sebuah tanker yang kepanasan.

LG Chem mengkonfirmasi pabrik polystyrene tersebut sedang tidak beroperasi pada saat kecelakaan, namun LG Chem bersikeras bahwa terdapat staf pemeliharaan di fasilitas tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya