Lapan: Suara Dentuman di Jateng Bukan Bersumber dari Langit

Menurut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, dentuman itu tak ada kaitannya dengan benda-benda dari langit.

oleh Muhammad Ali diperbarui 11 Mei 2020, 14:58 WIB
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin usai wawancara khusus dengan Liputan6.com di Gedung LAPAN, Jakarta, Rabu (13/1/2016). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menanggapi soal suara dentuman yang terdengar di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Warga digegerkan dengan suara dentuman sekitar pukul 00.00 WIB.

Menurut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, dentuman itu tak ada kaitannya dengan benda-benda dari langit. Kendati warga sekitar mengaku ada benda yang jatuh dari langit sebelum dentuman itu terdengar.

"Suara dentuman tidak ada yang bersumber dari langit, yang bisa didengar dari banyak wilayah. ," kata Thomas Djamaluddin saat dihubungi Liputan6.com, Senin (11/5/2020).

Menurutnya, suara dentuman itu berasal dari sumber lokal. Seperti suara petir atau lainnya yang sumbernya tidak jauh.

"Kalau suaranya keras yang mencapai jarak jauh dan mengejutkan banyak orang, pasti orang banyak ke luar rumah," ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bukan dari Gempa Tektonik

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan informasi suara dentuman itu terjadi pada Senin (11/5/2020) pukul 00.45 WIB sampai 01.15 WIB. Yang mana periode ini disebut-sebut warga muncul suara dentuman.

"Namun setelah dilakukan pengecekan terhadap gelombang seismik dari seluruh sensor gempa BMKG yang tersebar di Jawa Tengah, hasilnya menunjukkan tidak ada catatan aktivitas gempa yang terjadi di Jawa Tengah," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono kepada Liputan6.com, Senin (11/5/2020).

"Sehingga kami memastikan sumber suara dentuman tersebut tidak berasal dari gempa tektonik, karena jika sebuah aktivitas gempa sampai mengeluarkan bunyi ledakan, artinya kedalaman hiposenter gempa tersebut sangat dangkal, dekat permukaan, dan jika itu terjadi maka akan tercatat oleh sensor gempa," jelas dia.

Saat ini, lanjut Daryono, BMKG mengoperasikan lebih dari 22 sensor gempa dengan sebaran yang merata di Jawa Tengah. Sehingga jika terjadi gempa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya maka dipastikan gempa tersebut akan terekam.

"Selanjutnya diproses untuk kami tentukan magnitudo dan lokasi titik episenternya untuk diinformasikan kepada masyarakat," ujar dia.

Daryono menjelaskan, bunyi ledakan akibat gempa sangat dangkal lazimnya hanya terjadi sekali saat terjadi patahan batuan dan tidak berulang-ulang, seperti halnya peristiwa gempa dangkal yang mengeluarkan dentuman keras di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada 17 Februari 2014.

Gempa Lereng Merbabu saat itu memiliki magnitudo M 2,7 terjadi pagi hari pukul 06.01.19 WIB. Episenternya terletak pada koordinat 7,39 LS dan 110,48 BT dengan kedalaman 3 km. Seperti yang dilaporkan warga Desa Sumogawe, gempa yang merusak beberapa rumah ini diikuti suara dentuman keras hingga membuat warga resah, khawatir Gunung Merbabu akan meletus.

"Ada beberapa kemungkinan penyebab suara dentuman saat terjadi gempa. Fenomena dentuman saat gempa dapat terjadi jika gempa memicu gerakan tanah berupa rayapan tiba-tiba dan sangat cepat di bawah permukaan," terang dia.

Kemungkinan lain, lanjut Daryono, berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif, dalam hal ini ada mekanisme dislokasi batuan yang menyebabkan pelepasan energi berlangsung secara tiba-tiba dan cepat hingga menimbulkan suara ledakan.

"Apalagi jika terjadinya patahan batuan tersebut terjadi di kawasan lembah dan ngarai atau di kawasan tersebut banyak rongga batuan sehingga memungkinkan suaranya makin keras karena resonansi. Beberapa peristiwa gempa Bantul 2006 juga mengeluarkan bunyi dan sempat meresahkan warga saat itu. Namun suara dentuman yang terjadi tadi pagi dipastikan bukan dari aktivitas gempa tektonik," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya