Liputan6.com, Jakarta - Selama bulan Ramadan, ketika seluruh umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa, tentu banyak orangtua yang ingin mulai mengajarkan anak mereka tentang caranya berpuasa.
Mengutip IOL, Senin (11/5/2020), Kim Rutgers, seorang ahli gizi terdaftar dan juru bicara Asosiasi Diet di Afrika Selatan mengatakan bahwa terlepas dari pandemi global Virus Corona COVID-19, kata-kata "anak-anak", "Ramadan" dan "puasa" masih dapat (dan harus) identik dengan kegembiraan, ketaatan dan makna.
Menurut kitab suci Al-Qur'an, selama Ramadan ketika orang sebagian besar orang dewasa diwajibkan untuk berpuasa, anak-anak tidak.
Baca Juga
Advertisement
Ketika seseorang telah mencapai pubertas (permulaan pubertas bervariasi, tetapi biasanya antara usia 10 - 14 untuk anak perempuan dan 12 - 16 tahun untuk anak laki-laki), mereka dianggap "dewasa dalam agama" - dan dengan demikian sudah cukup umur untuk membuat keputusan sendiri.
Rutgers mengatakan, dalam keluarga yang memiliki anak kecil, apabila orangtua tidak melibatkan anak mereka dalam ritual berpuasa, anak-anak biasanya akan merasa ditinggalkan atau dikucilkan. Akibatnya, mereka justru akan merasa kesal jika nanti mereka sudah diwajibkan untuk melakukannya.
“Bergantung pada usia anak atau masalah kesehatan yang ada, anak yang lebih kecil dapat berpuasa untuk waktu yang sebentar. Di banyak keluarga, sangat umum bagi anak kecil untuk ikut makan sahur dengan anggota keluarga lainnya dan kemudian berpuasa hingga waktu yang disepakati. Di rumah-rumah lain ketika anak-anak memutuskan untuk berpuasa, mereka meningkatkan waktu puasa sebanyak satu jam setiap tahunnya," ujar Rutgers.
Dia juga mengatakan anak-anak masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Dari bayi hingga dewasa awal, mereka akan mengalami lonjakan pertumbuhan pada berbagai tonggak usia.
"Jadi nutrisi yang konstan dan tepat diperlukan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh mereka dan bagi mereka untuk mengembangkan tulang dan otot yang kuat," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pentingnya Nutrisi yang Cukup
Menurut Rutgers, cara awal yang bisa diterapkan kepada anak-anak untuk mengajarkan mereka berpuasa adalah dengan mengurangi porsi waktu makan namun tetap pertahankan waktu kudapan seperti biasa. Hal ini juga bisa dilakukan sebulan sebelum Ramadhan untuk anak-anak yang berpuasa untuk pertama kalinya.
Orangtua juga perlu memastikan waktu camilan termasuk buah, menjaga anak-anak terhidrasi dengan baik ketika mereka makan, terutama protein.
Pastikan asupan gula, garam, dan kafein berkurang, karena bahan makanan ini meningkatkan rasa haus dan mengidam makanan.
Menu sahur anak harus terdiri dari karbohidrat serat tinggi (seperti gandum dan sereal gandum), protein (seperti telur) dan buah serta sayuran segar. Meskipun ada godaan yang jelas, cobalah untuk tidak makan berlebihan.
Dehidrasi juga sering terjadi selama puasa.
Tanda-tanda yang harus diwaspadai adalah mudah marah, lesu, mulut kering / lengket, mata cekung dan tentu saja, rasa haus yang ekstrem. Untuk merehidrasi anak, beri mereka segelas air sesegera mungkin, kata Rutgers.
Advertisement