Liputan6.com, Jakarta - Indeks acuan bursa saham Amerika Serikat (AS) Nasdaq Composite terus menguat selama enam hari perdagangan terhitung sampai dengan penutupan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Saham-saham perusahaan teknologi menjadi pendorong penguatan indeks saham tersebut.
Selain itu, saham-saham teknologi tersebut juga mampu mengangkat indeks saham S&P 500 dari jurang kerugian.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (12/5/2020), Nasdaq melonjak 0,7 persen atau naik 71,02 poin menjadi 9.192,34. Menandai kemenangan beruntun terpanjang sejak Desember 2019. Untuk tahun ini, Nasdaq naik sekitar 2,4 persen dan diperdagangkan hanya 6 persen di bawah rekor tertinggi yang dicetak pada Februari.
S&P 500 juga naik 0,39 poin menjadi 2.930,19 setelah jatuh sebanyak 0,9 persen di awal sesi. Dow Jones Industrial Average diperdagangkan 109,33 poin lebih rendah atau turun 0,4 persen menjadi 24.221,99.
Amazon, Apple dan Microsoft semuanya naik lebih dari 1 persen, membukukan kenaikan keenam hari berturut-turut. Netflix melonjak 1,4 persen, sementara induk usaha Google yaitu Alphabet naik 1,4 persen.
“Pandemi Corona telah memperkuat peran penting yang dimainkan oleh saham-saham sektor teknologi untuk bisnis dan konsumen, dan memicu harapan bahwa resesi dapat membuat banyak perusahaan dengan pertumbuhan terbesar menjadi lebih dominan,” kata analis saham MRB Partners, Salvatore Ruscitti.
Investor Tetap Gelisah
Namun, investor tetap gelisah mengenai pembukaan kembali ekonomi atau pelonggaran lockdown yang terlalu cepat. Hal tersebut membuat kenaikan bursa saham di AS sedikit tersendat.
Korea Selatan memperingatkan sekelompok kasus baru yang melibatkan klub malam. Singapura dan Jepang juga mengkonfirmasi kasus baru. Organisasi Kesehatan Dunia aau WHO mengatakan bahwa negara-negara yang melakukan tindakan penguncian telah mengurangi lonjakan kasus coronavirus.
"Saya pikir bouncing ini mudah diperkirakan, saya pikir apa yang terjadi di sini sekali lagi sangat tergantung pada hal-hal Covid," kata Paul Tudor Jones, pendiri Tudor Investment Corp.
“Akan ada pergeseran fokus dari masalah likuiditas di suatu tempat di bawah garis ke masalah solvabilitas. Jika kita tidak menemukan vaksin atau obat, jika kita tidak menemukan cara pengujian yang lebih baik, maka saya pikir pasar akan mengalami kesulitan yang cukup panjang," tambah dia.
Lebih dari 4,1 juta kasus virus Corona telah dikonfirmasi secara global, dengan 1,3 juta infeksi tersebut berasal dari AS, menurut data dari Johns Hopkins University.
Advertisement