CEO Ericsson: Konektivitas Adalah Kunci di Tengah Pandemi Covid-19

CEO Ericsson Börje Ekholm mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini konektivitas yang kuat dan dapat diandalkan adalah kunci.

oleh M Hidayat diperbarui 12 Mei 2020, 11:30 WIB
CEO Ericsson Börje Ekholm. Kredit: Ericsson

Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah sesi video-conference pada Senin (11/5/2020), CEO Ericsson Börje Ekholm mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini konektivitas yang kuat dan dapat diandalkan adalah kunci.

"Bahkan, ketika sebuah negara menerapkan kebijakan lockdown, teknisi kami masih aktif untuk menjaga dan memantau kualitas jaringan," kata Ekholm.

CEO Ericsson Börje Ekholm. Kredit: Ericsson

Misalnya, para teknisi perusahaan di Tiongkok turut ambil bagian dalam penyediaan konektivitas untuk Rumah Sakit di Wuhan. Di Amerika Serikat, perusahaan asal Swedia itu juga berkontribusi terhadap tantangan data berbasis kecerdasan buatan.

Dalam dua bulan terakhir, kata Ekholm, ada perubahan di sektor telekomunikasi seluler yang layak disoroti. Misalnya, trafik jaringan beralih secara cepat dari area bisnis ke kawasan pemukiman hanya dalam hitungan hari ketika permulaan pandemi.

Secara umum, kenaikan trafik yang dilayani oleh infrastruktur telekomunikasi Ericsson juga mengalami peningkatan hingga 20 persen.

Lebih lanjut, Ekholm juga mengatakan bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan work from home (WFH). Sejak awal Maret 2020, sekitar 85.000 karyawan Ericsson bekerja secara remote.

"Sekali lagi, konektivitas adalah kunci. Di tengah pandemi Covid-19, jaringan telekomunikasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari infrastruktur vital, yang menunjukkan pentingnya kualitas dari konektivitas," kata Ekholm.


Teknologi Spectrum Sharing

Kantor pusat Ericsson. Kredit: Ericsson

Sebelumnya Ericsson mulai mengomersialkan solusi Spectrum Sharing miliknya. Kini, penyedia layanan komunikasi dapat meluncurkan 5G dalam skala nasional dengan biaya efektif.

Solusi Ericsson Spectrum Sharing memungkinkan penerapan 4G dan 5G pada pita frekuensi dan radio yang sama melalui peningkatan perangkat lunak (software upgrade). Ini dapat menyediakan spektrum secara dinamis berdasarkan permintaan pengguna per 1 milidetik.

"Untuk pertama kalinya, pelanggan kami tidak perlu melakukan refarming spektrum sebelum menerapkan teknologi telekomunikasi terbaru. Mereka dapat menerapkan 5G dengan cepat melalui sistem yang sama dengan 4G saat ini," ujar Fredrik Jejdling, Executive Vice President and Head of Networks, Ericsson melalui keterangan tertulis.

Dalam 12 bulan ke depan, kata Fredrik, lebih dari 80 persen jaringan 5G komersial dengan dukungan Ericsson akan menerapkan solusi Spectrum Sharing untuk cakupan 5G lebih luas.

Julian Bright, Senior Analyst di Ovum/Omdia, menyebut spektrum sebagai sumber daya langka dan mahal. Oleh sebab itu, pemakaian spektrum harus memenuhi prinsip efisiensi.

"Dengan menggunakan Ericsson Spectrum Sharing, penyedia layanan dapat meluncurkan 5G dengan cepat pada pita FDD mereka tanpa perlu berinvestasi ulang," tutur Julian.

Selain itu, kata Julian, menyediakan spektrum bagi jaringan 4G dan 5G secara dinamis merupakan cara terbaik untuk mulai menerapkan 5G.


Ekosistem Ericsson Spectrum Sharing 

Logo Ericsson di kantor pusatnya di Stockholm, Swedia. Kredit: Ericsson

Ericsson Spectrum Sharing dapat berjalan di semua lima juta radio 5G-ready milik Ericsson yang telah diproduksi sejak 2015.

Perusahan juga telah bermitra dengan perusahaan penyedia chipset termasuk Qualcomm Technologies Inc., anak perusahaan Qualcomm Incorporated. Kemitraan ini meliputi penggunaan perangkat seluler, yang ditenagai Qualcomm Snapdragon 865 dan 765 Mobile Platforms serta dilengkapi Snapdragon 5G Modem-RF Systems.

Di samping itu, perusahaan asal Swedia itu berkolaborasi dengan MediaTek (Dimensity 1000) dan produsen perangkat andalan seperti, Oppo, Sony, Xiaomi, LG, vivo, dan WNC (Wistron NeWeb Corp.), untuk meningkatkan solusi tersebut secara global.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya