Liputan6.com, Jakarta - Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat tetap menjalankan Jamasan Gerbong Maleman, yaitu tradisi menyambut lailatul qadar saat Ramadan dengan menerapkan protokol kesehatan, mengingat saat ini masih mewabahnya Corona Covid-19.
"Ibadah Ramadan kan harus dijalankan, begitu juga dengan tradisi Jamasan Gerbong Maleman dan ini dalam rangka menyambut malam lailatul qadar," ujar Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat, seperti dikutip dari Antara, Rabu (13/5/2020).
Advertisement
Dia menjelaskan, tradisi Jamasan Gerbong Maleman merupakan acara menyiapkan saji maleman di kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati.
"Tradisi itu dilakukan pada malam ganjil, tepatnya pada 10 hari terakhir Bulan Suci Ramadan, di mana Kesultanan akan menyalakan lilin, delepak, dan ukup di makam Sunan Gunung Jati hingga makam Sultan Sepuh XIII," papar Arief.
Ukup, lanjut Arief, berfungsi mengharumkan ruangan. Sedangkan delepak dan lilin sebagai penerang ruangan.
"Tradisi ini dilakukan setiap malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadan, untuk menyambut lailatul qadar," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Berbagai Perlengkapan
Arief menjelaskan, perlengkapan yang digunakan pada saji maleman di antaranya gerbong atau peti yang terbuat dari kayu, guci, mangkok keramik, dan botol.
Menurutnya, perlengkapan untuk tradisi saji maleman itu dibawa menuju makam Sunan Gunung Jati oleh pasukan khusus, yakni Kraman Astana Gunung Jati, di mana mereka dilengkapi tombak.
"Pasukan berjalan sejauh kurang lebih enam kilometer, dari Keraton Kasepuhan Cirebon menuju makam Gunung Jati," kata Arief.
Pihaknya tetap menerapkan protokol kesehatan saat melaksanakan tradisi saji maleman karena ada atau tidaknya pandemi Corona Covid-19, tradisi tersebut harus tetap dilaksanakan.
Advertisement