Liputan6.com, Jakarta Mike Tyson, mantan juara dunia tinju kelas berat yang memiliki masa lalu kelam itu menampilkan sisi lain kehidupannya yang penuh dengan cinta dan kasih setelah menemukan Islam.
Siapa yang tidak kenal Tyson di era kejayaannya. Petinju yang dijuluki Si Leher Beton itu menjadi idola jutaan orang di dunia. Kehadirannya di atas ring, membangkitkan kembali gairah para pecinta tinju terhadap pertarungan kelas berat yang sempat meredup sepeninggal sang legenda, Mohammad Ali.
Advertisement
Kemampuan Tyson sebagai petinju luar biasa. Selain ditopang tubuh yang kokoh dan pukulan yang akurat, pria yang kini sudah berusia 53 tahun tersebut juga dikenal cerdik saat bertarung di atas ring.
Pada usia 20 tahun, Tyson sudah menjadi juara dunia. Dia berhasil menang KO ronde kedua atas Trevor Berbick pada perebutan gelar WBC, 22 November 1986. Tyson yang saat itu baru menginjak usia 20 tahun 150 hari menjadi juara dunia kelas berat termuda sepanjang sejarah.
Sejak saat itu, kariernya terus meroket. Bayaran yang diterima pun terus melimpah. Bahkan, di era keemasannya, Tyson sempat masuk dalam daftar atlet-atlet terkaya di dunia.
Namun bagi Tyson, pukulan lawan bukan hal yang menakutkan. Tantangan terberat justru datang dari kehidupannya sehari-hari. Celakanya, berulang kali Tyson kalah saat diuji di tengah kejayaannya.
Pernah terpuruk
Uang yang melimpah membuat Tyson gelap mata. Terjerumus dalam kehidupan yang ugal-ugalan. Mulai dari obat-obatan, seks bebas, hingga perbuatan kriminal yang menyeretnya ke pengadilan.
Keterpurukan terparah dialaminya pada rentang 1992 hingga 1995. Mike Tyson divonis penjara selama tiga tahun atas kasus pemerkosaan terhadap Miss Black America 1991 Desiree Washington. Nama besarnya hancur. From hero to zero, Tyson yang awalnya dipuja berbalik dihujat berbagai pihak.
Tiga tahun hidup di hotel prodeo menjauhkan Tyson dari kehidupan serba glamor. Tidak ada lagi pesta semalam suntuk di Las Vegas dan pasokan obat-obatan terlarang juga sudah semakin sulit didapatnya.
Meski demikian, situasi ini justru menjadi jalan terang bagi kehidupan Tyson. Di balik jeruji besi, Tyson menemukan hidayah dan menjadi mualaf. Dia kemudian mengubah namanya menjadi Malik Abdul Aziz.
Menurut media-media Islam Amerika Serikat, Tyson masuk Islam setahun setelah belajar dari ustaz Muhammad Shadiq pada tahun 1993. Tyson mengaku mendapat ketenangan diri setelah mempelajari Islam dan sering membaca Al-Quran.
Advertisement
Ujian karier
Berganti agama tidak serta-merta mengembalikan kejayaan Tyson. Sebaliknya, setelah keluar penjara, kariernya di ring tinju justru semakin terpuruk. Tyson bahkan sempat menorehkan noda yang tidak akan terlupakan saat menjalani rematch melawan Evander Holyfield, pada 28 Juni 1997.
Dalam duel ini, Tyson didiskualifikasi pada ronde ketiga karena menggigit telinga Holyfield. Sejak saat itu, karier dan citra Tyson semakin terpuruk. Promotor tak lagi meliriknya. Setelah beberapa kali naik ring lagi, Tyson pun akhirnya memutuskan pensiun usai menyerah dari Kevin McBride pada 11 Juni 2005 lalu.
Keuangan Tyson juga hancur. Pada tahun 2003, Tyson mengaku bangkrut dan mengajukan kepailitan ke pengadilan di Manhattan, Amerika Serikat.
Dengan tenaga yang masih tersisa, pemilik nama Malik Abdul Aziz itu berusaha bangkit dan bertahan hidup lewat kegiatan yang jauh dari tinju. Tyson aktif di dunia film dan televisi dan belakangan, dia juga menggarap podcast berjudul 'Hotboxin’ with Mike Tyson'.
Meski era kejayaannya sudah memudar, kehidupan religius Tyson tidak pernah luntur. Sebaliknya, si Leher Beton semakin dipenuhi cinta dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Sebagai seorang Muslim, Tyson juga tidak melupakan ibadah. Dia sudah berangkat haji ke tanah suci Mekkah dan sangat terkesan dengan kota Mekkah dan Madinah, Arab Saudi. Dan saat Ramadan datang lagi tahun ini, kecintaan dan kerinduan terhadap Tanah Suci kembali disuarakannya.
"Cinta adalah cinta, tidak perduli agama apa yang Anda yakini. Mashaallah," tulis Tyson saat mengunggah video pengusaha sukses asal Amerika Serikat, Jay Mazini. Dalam video itu, Mazini tengah berada di Tanah Suci sembari menjelaskan defenisi Islam dengan latar belakang Kabah yang tengah ramai.