Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham AS turun tajam pada hari Selasa. Hal ini sekaligus membuat saham keluar dari tren penguatan akhir-akhir ini. Pelamahan ini terjadi karena investor mengevaluasi kembali pemulihan ekonomi pasca munculnya gelombang kedua penyebaran virus corona.
Dikutip dari CNBC, Rabu (13/5/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup 457,21 poin lebih rendah, atau 1,9 persen, pada 23,764,78. S&P 500 turun 2,1 persen menjadi 2.870,12. Sementara Nasdaq Composite juga turun lebih dari 2 persen menjadi 9.002,55.
Advertisement
Mayoritas pemegang saham melakukan aksi ambil untung jelang penutupan perdagangan. Bank of America, Citigroup, JPMorgan Chase dan Wells Fargo semuanya turun setidaknya 3 persen. Nike dan Disney keduanya ditutup 2,9 persen lebih rendah.
Investor juga mengambil keuntungan untuk saham teknologi. Facebook, Amazon dan Apple semua meluncur lebih dari 1 persen. Netflix dan Alphabet keduanya ditutup 2 persen lebih rendah.
“Kekhawatiran ekonomi masih menjadi perhatian utama. Meskipun ada pembukaan kembali, namun akan berjalan lambat," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.
“Ada kekhawatiran mendasar bahwa ekonomi akan pulih dengan lambat dan kita masih dalam resesi yang mendalam," tambah dia.
Penyebaran Virus Corona Gelombang Kedua
Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, dan pejabat kesehatan lainnya bersaksi di hadapan Komite Kesehatan Senat untuk membahas pembukaan kembali ekonomi.
Fauci mencatat bahwa vaksin akan sangat penting dalam menghentikan penyebaran virus corona, tetapi itu akan memakan waktu. Fauci menambahkan, AS bisa menghadapi lebih banyak kematian jika negara-negara mulai membuka kembali terlalu cepat.
"Pasar telah terpecah antara optimisme pada pembukaan kembali beberapa ekonomi dan kehati-hatian pada data ekonomi yang masih suram," Mike Pyle, kepala strategi investasi global di BlackRock Investment Institute, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Pasar akan mewaspadai setiap celah dalam sistem keuangan dan perekonomian saat infeksi virus naik kembali," tegas dia.
Advertisement