Liputan6.com, Washington D.C - Dokter penyakit menular top di AS telah memperingatkan para senator bahwa Virus Corona COVID-19 itu akan menyebar jika negara itu membuka lockdown terlalu dini.
Dr Anthony Fauci mengatakan, jika pedoman federal untuk membuka kembali tidak diikuti, hal yang ia ibaratkan sebagai "paku kecil" berpotensi menjadi wabah, seperti mengutip dari BBC, Rabu (13/5/2020).
Dia juga mengatakan, jumlah sebenarnya korban jiwa akibat Virus Corona di AS mungkin lebih tinggi dari angka resmi yang kini dilaporkan mencapai 80.000.
Baca Juga
Advertisement
Pesannya bertentangan dengan nada optimistis Presiden Donald Trump yang ingin membuat ekonomi berjalan kembali.
Dr Fauci berbicara melalui tautan video ke komite yang dipimpin Partai Republik Senat AS.
Ia merujuk pada rencana Gedung Putih Amerika untuk membuka kembali negaranya, yang mencakup tiga fase sepanjang 14 hari di mana negara-negara bagian didesak untuk mempertimbangkan implementasi yang berencana membuka sekolah dan bisnis kembali.
Hal ini terbukti dari beberapa negara bagian AS yang telah memulai kembali ekonomi mereka memiliki tingkat infeksi yang meningkat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Gelombang Kedua Virus Corona
Dia memperingatkan risiko ini memicu wabah yang tidak akan bisa kendalikan. Ia juga menambahkan bahwa wabah seperti itu akan menghambat pemulihan ekonomi dan dapat menyebabkan "penderitaan dan kematian".
Meskipun Gedung Putih telah menetapkan pedoman untuk membuka kembali negaranya, pada akhirnya keputusan itu tergantung pada gubernur negara bagian untuk membuat keputusan tentang cara untuk melonggarkan penguncian.
Ketika ditanya tentang kemungkinan kebangkitan kasus Virus Corona di AS pada musim gugur mendatang, Fauci kemudian menggambarkannya sebagai hal yang sangat mungkin terjadi.
"Saya berharap jika kita memiliki ancaman gelombang kedua, kita akan dapat menghadapinya dengan sangat efektif untuk mencegahnya menjadi wabah," jelasnya lagi.
Dr Fauci juga mengatakan ada banyak vaksin yang kini berada dalam proses pengembangan tetapi "tidak ada jaminan" bahwa akan ada vaksin yang efektif, meskipun berdasarkan pengetahuannya tentang virus lain, ia "sangat optimis".
Advertisement