Liputan6.com, Jakarta Warga Amerika Serikat (AS) harus membayar harga pangan utama telur, daging, sereal, hingga susu lebih mahal pada April.
Lonjakan harga terjadi ketika warga negara tersebut berbondong-bondong ke toko kelontong untuk membeli makanan di tengah langkah lockdown pemerintah yang ditetapkan untuk memperlambat penyebaran Covid-19.
Advertisement
"Kenaikan harga makanan sangat besar karena kita bisa melihat bagaiman rak di toko kosong," tulis Peter Boockvar, Kepala Investasi di Bleakley Advisory Group, dalam email seperti melansir laman CNBC, Rabu (13/5/2020).
Departemen Tenaga Kerja melaporkan, bahwa harga yang dibayar konsumen AS untuk bahan makanan melonjak 2,6 persen pada April. Ini tercatat merupakan kenaikan satu bulan terbesar sejak Februari 1974.
Lonjakan harga di supermarket berdampak pada barang-barang lainnya. Harga daging, unggas, ikan dan telur tercatat naik 4,3 persen, buah-buahan dan sayuran naik 1,5 persen, sereal dan produk roti naik 2,9 persen, dan produk susu naik 1,5 persen.
Harga belanjaan tersebut sangat kontras dengan tren harga barang AS, yang turun 0,8 persen pada bulan April dan meraih penurunan satu bulan terbesar sejak 2008. Kondisi ini dipicu harga minyak dan bensin menyeret angka CPI yang lebih rendah.
Harga Konsumen
Dia mengakui jika terjadi penurunan permintaan di sebagian besar bidang ekonomi yang diikuti penurunan harga. Namun ini tidak termasuk komponen makanan dan energi.
Seperti diketahui, harga-harga konsumen di AS pada bulan April mengalami penurunan terbesar dalam sejarah. Posisinya kembali ke setidaknya ke tahun 1957, ketika ekonomi saat ini terhambat pembatasan yang diberlakukan untuk mengendalikan virus corona.
“Di daerah di mana permintaan telah susut, seperti 'makanan di rumah' kami mengalami inflasi karena sisi pasokan yang rusak, baik secara langsung melalui fasilitas yang terinfeksi atau karena biaya yang lebih tinggi untuk menemukan kapasitas pengiriman,” tambah Boockvar.
Advertisement