Pengusaha Harap Tak Ada Lagi Kampanye Negatif Terhadap Sawit

Sawit menjadi industri strategis bagi Indonesia terutama di tengah pandemi corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mei 2020, 15:44 WIB
Industri perkebunan sawit di Jambi menginspirasi pembuatan sebuah film dokumenter berjudul The Green Lie. (Foto: Dok Humas Pemprov Jambi/B Santoso)

Liputan6.com, Jakarta - World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia merevisi himbauan terkait sawit yang tertuang dalam infografis yang berjudul Nutrition Advice for Adults During Covid-19 yang diterbitkan oleh Kantor Regional WHO Mediterania Timur edisi 7 Mei 2020.

Dalam infografis itu WHO menganjurkan kepada masyarakat khususnya orang dewasa untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung saturated fats (lemak jenuh) seperti minyak sawit dan minyak kelapa.

Namun kini, WHO regional Mediterania Timur telah menghapuskan informasi yang mencantumkan do not eat saturated fats atau tidak mengonsumsi makanan dari minyak sawit dengan kata eat less saturated fats.

Perbaikan himbauan itu dilakukan setelah Pemerintah Indonesia dan Malaysia bersama para pemangku kepentingan industri sawit melakukan protes keras terhadap WHO.

Ketua Umum DMSI (Dewan Minyak Sawit Indonesia), Derom Bangun, menyambut baik langkah WHO yang telah merevisi himbauan negatif dalam infografis tersebut.

“Saat ini palm oil atau minyak sawit tidak ada tertulis lagi. Kalau minyak kelapa yang semula tertulis sekarang masih tertulis," kata Derom Bangun dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (13/5/2020).

Derom mengharapkan, ke depan organisasi dunia tidak lagi mengulang pernyataan negatif yang berpotensi merusak industri sawit sebagai industri strategis Indonesia terutama di tengah pandemi saat ini.

“Minyak sawit sehat karena punya kandungan berimbang antara saturated dan monounsaturated,” kata dia.

Sementara itu, Pengamat Pertanian Sri Raharjo mengatakan minyak sawit merah alami atau Virgin Red Palm Oil (VRPO) punya kandungan asam palmitat yang merupakan lemak jenuh dan salah satu komponen dominan di dalam minyak sawit.

"Asam palmitat berperan penting dalam memberikan perlindungan terhadap paru-paru yang sehat dan merupakan komponen utama dari senyawa fosfolipida yang melapisi dinding bagian dalam rongga alveoli paru-paru," kata dia.


Virus Corona Bikin Ekspor Kelapa Sawit ke China Anjlok

Tandan buah sawit ditimbang setelah panen yang dilakukan warga Desa Penyang Kecamatan Telawang Kabupaten Kotawaringin Timur. (foto: Dokumentasi Save Our Borneo.)

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebut wabah virus corona sebabkan ekspor kelapa sawit ke China turun hingga 77 persen.

"Hingga Februari ini, ekspor kelapa sawit dan produk turunannya hanya 84 ribu ton. Padahal, pada periode yang sama di 2019 dapat mencapai 371 ribu ton," jelas Syahrul dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI pada Senin (17/02/2020).

Syahrul juga menyatakan pihaknya telah melakukan antisipasi terkait penurunan ekspor ke China.

"Antisipasi melalui koordinasi dengan eksportir untuk memanfaatkan pasar ekspor alternatif, seperti India, Timur Tengah, dan Rusia," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono mengatakan, ekspor kelapa sawit dan turunannya ke negara lain tetap mengalami peningkatan.

"Seperti ke India misalnya, itu kita positif. Jadi ini cuma ke Cihna saja yang negatif," kata Kasdi di lokasi yang sama." jelasnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya