Liputan6.com, Jakarta - Selama 2,5 tahun terakhir, insinyur Telegram mengembangkan blockchain platform bernama TON (Telegram Open Network) dan cryptocurrency (mata uang kripto) bernama Gram.
TON dirancang untuk berbagi prinsip desentralisasi seperti pada Bitcoin dan Ethereum. Namun, TON diklaim jauh lebih unggul dalam hal kecepatan dan skalabilitas.
Baca Juga
Advertisement
Ketika diintegrasikan dengan Telegram, TON digadang-gadang mengubah cara orang menyimpan dan transfer dana.
Sayangnya, pengadilan Amerika Serikat menghentikan langkah TON dan Gram. Perjuangan Telegram selama untuk memuluskan langkah TON dan Gram pun terhenti.
Dalam unggahan blog, pendiri sekaligus Telegram Pavel Durov mengumumkan "keterlibatan Telegram dengan TON telah selesai."
"Kamu mungkin telah melihat, situsnya menggunakan nama saya atau merek Telegram untuk mempromosikan proyek mereka. Jangan percayakan mereka dengan uang atau data kamu," kata Durov, dikutip dari The Verge, Kamis (14/5/2020).
Durov juga menegaskan, tidak ada satupun anggota timnya yang terlibat dengan proyek mata uang kripto tersebut.
Tak Saling Terkait
Durov menyadari, sejumlah teknologi berbasis jaringan seperti TON mungkin bakal bermunculan. Namun, ia mengatakan, dirinya dan Telegram tidak terafiliasi serta tidak akan mendukung dalam hal apapun.
"Jadi harap berhati-hati, jangan biarkan mereka menyesatkan kamu," tutur Durov.
Sekadar informasi, Telegram sebelumnya berjuang untuk menghadirkan cryptocurrency platform menyerupai Libra milik Facebook.
Namun, Oktober lalu, SEC memerintahkan Telegram menghentikan penjualan Gram. Padahal, jumlah token yang terjual sudah mencapai USD 1,7 miliar.
Dana tersebut dikumpulkan dalam pra-ICO (initial coin offering). Namun, karena pengadilan memerintahkan penghentian, perusahaan akhirnya membatalkannya.
Durov pun sempat kesal dengan keputusan ini. Pasalnya, pengadilan AS tak semestinya memiliki kekuatan untuk menghentikan penjualan cryptocurrency di luar AS.
Advertisement
Tentang Gram
Tahun lalu, aplikasi pesan Telegram dikabarkan akan segera meluncurkan mata uang kriptonya yang bernama Gram.
Tiga investor anonim Telegram yang tak disebutkan namanya menyebut, jika mata uang kripto ini diluncurkan, pengguna Telegram bisa menyimpan koin di dompet digital Gram.
Dompet digital Gram inilah yang ditawarkan ke lebih dari 200 juta penggunanya di seluruh dunia.
(Tin/Why)