Liputan6.com, Yogyakarta - KH As'ad Humam, penemu metode membaca Al-Quran Iqra, memiliki cerita perjuangan dakwah yang bisa diteladani. Sosok demokratis itu mulai dikenal luas setelah buku Iqra karyanya terbit dan beredar di pasaran. Yayasan yang didirikannya yaitu Team Tadarus AMM (Angkatan Muda Masjid-Musholla) Yogyakarta pun masih berjalan hingga kini.
"Pada awalnya, kami menyelenggarakan bimbingan Al-Qur'an untuk anak usia TK, harapannya kalau anak TK saja mampu baca Alquran, maka orangtuanya akan tergerak untuk lebih peduli. Lalu pada 1989 kita tambah untuk usia SD atas permintaan banyak walisantri," kata Erweesbe Maimanati, putri KH As'ad Humam, saat disambangi Liputan6.com, Selasa (12/5/2020).
Saat ini, ada tiga tingkatan belajar Al-Qur'an di Team Tadarus AMM yang bermarkas di Wisma AMM Yogyakarta, yaitu tingkat dasar (TKA), tingkat lanjutan (TPQ/TPA-L) dan Ta'limul Quran Lil Aulad (TQA). Untuk dewasa ada bimbingan Tahsin/Tartil dan beberapa pelatihan yang bekerjasama dengan lembaga lain. Perkembangan inilah yang membuat perjuangan seorang KH As'ad Humam tidak sia-sia.
Baca Juga
Advertisement
"Ke depan akan dibuka program tahfiz dan bahasa Arab untuk anak dan remaja, jadi kita harus persiapkan itu untuk menampung para alumni juga supaya tetap terbina," katanya.
Perjuangan dakwah KH As'ad Humam dimulai sejak usia remaja sehingga pengalamannya cukup banyak dalam mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, demi menggaet anak-anak agar mau mengaji, KH As'ad memiliki cara tersendiri, antara lain bermain sulap.
Setiap pengajian ayahnya juga sering membawa hadiah untuk dibagikan kepada anggota yang hadir. Hadiahnya pun cenderung unik dari hadiah pada umumnya saat itu.
"Bapak kasih hadiah bukan buku atau pensil, tapi telur, beras, sabun, jadi orangtuanya juga bisa memanfaatkan secara langsung," katanya.
Menurutnya, perjuangan ayahnya menggerakkan pengajian terhitung rutin dan tinggi kuantitasnya. Tidak segan ayahnya keluar kota untuk mendatangi pengajian di tengah kondisi badannya yang kurang sempurna.
"Hampir setiap malam menggerakkan pengajian di daerah-daerah, atau mengirim para pemuda untuk mewakilinya."
Erweesbe menyebut sosok ayahnya mudah diterima semua kalangan masyarakat. Sebab, beliau tidak pernah membedakan organisasi agama yang ada di Indonesia.
"Orang jadi nyaman karena background pendidikan beliau dari Mualimin yang merupakan lembaga Muhammadiyah dan dari Krapyak yang NU. Jadi anggota Team Tadarus Angkatan Muda Masjid-Musholla itu macam macam ada NU, Muhammadiyah, Persis dll," katanya.
Pesan ayahnya yang selalu diingat adalah kita hidup itu harus bekerja. Sebab, dengan bekerja dan berpenghasilan, seseorang akan memiliki kesempatan yang luas dalam berdakwah.
Ayahnya berharap agar gerakan dakwah bisa dilakukan semaksimal mungkin. Setiap orang harus memiliki jiwa aktivis walau dia seorang karyawan yang tidak secara langsung berkait dengan 'Kegiatan Belajar Mengajar' Alquran.
"Beliau juga menyisihkan dana untuk dakwah bagi karyawan yang bersedia menggerakkan pengajian di lingkungan tempat tinggalnya," katanya mengenang ayahnya KH As'ad Humam.