2 Skenario Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di tengah Pandemi Corona

Negara dikatakan punya cukup modal untuk menghadapi wabah pandemi panjang, yakni catatan baik pada neraca perdagangan di periode Januari-Maret 2020.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 14 Mei 2020, 22:20 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan, pemerintah telah membuat prediksi dan analisis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa krisis wabah virus corona (Covid-19).

Pertumbuhan ekonomi negara pada 2020 diperkirakan akan lebih rendah dari target APBN 2020. Proyeksi tersebut dibagi ke dalam dua skenario, yakni skenario buruk dan yang terburuk.

"Pertama skenario buruk, tumbuh sekitar 2,3 persen. Dan terburuk -0,4 persen," jelas dia dalam sesi bincang-bincang virtual, Kamis (14/5/2020).

Terkait skenario terburuk itu, ia menambahkan, hal tersebut masih lebih rendah dibanding prediksi Lembaga Moneter Internasional (IMF) yang sebesar 0,5 persen.

Namun demikian, Jerry coba menebarkan optimisme bahwa negara punya cukup modal untuk menghadapi wabah pandemi panjang, yakni catatan baik pada neraca perdagangan di periode Januari-Maret 2020.

"Neraca perdagangan kita sebenarnya mulai membaik dan mengalami surplus sebesar USD 2,6 miliar, Terdiri dari unsur surplus neraca non-migas sebesar USD 5,7 miliar, dan defisit neraca migas sebesar USD 3,1 miliar," jelasnya.

Catatan baik lainnya, ekspor Indonesia juga tercatat sebesar USD 41,8 miliar, atau naik 2,91 persen dibanding dengan kuartal pertama 2019. Ekspor berbagai produk juga mengalami peningkatan besar, seperti pakaian jadi (84,2 persen), kendaraan dan sparepart (36,2 persen), tekstil (15 persen), minyak sawit mentah (10,3 persen), hingga barang elektronik (1,9 persen).

"Ini salah satu sedikit gambaran yang kita ingin menunjukan, bahwa dengan segala situasi yang sedang menerpa sebelum Maret 2020, ekspor dan neraca perdagangan kita secara global itu tidak dalam kondisi yang kritis," tuturnya.


Pengusaha Mulai Kehabisan Nafas, Pemerintah Diminta Tambah Stimulus

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Kalangan pengusaha meminta pemerintah segera memformulasikan stimulus dunia usaha yang lebih masif guna menekan dampak Covid-19.

Pengusaha berharap pemerintah dan OJK agar memperluas basis debitur yang mendapatkan restrukturisasi kredit, sehingga tidak terbatas pada debitur dengan plafond pinjaman Rp10 miliar rupiah. Mereka menilai industri yang terkena dampak Covid-19 merata, mulai dari industri kecil dan menengah hingga industri besar.

Ketua Umum Indonesia National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan, saat ini kondisi yang dirasakan akibat dampak Covid-19 bukan cuman sektor UMKM namun sudah merambah ke industri besar yang salah satunya adalah industri pelayaran.

Sejak sebulan masa pandemik Covid-19 di Indonesia, angkutan laut untuk penumpang sudah mengalami penurunan sebesar 50-70 persen, ditambah lagi dengan adanya kebijakan PSBB dan pembatasan pergerakan orang, jumlah arus penumpang bisa dikatakan turun 100 persen. Sedangkan biaya operasional kapal tetap berjalan, termasuk biaya investasi berupa pokok dan bunga pinjaman bank.

Adapun sektor angkutan kontainer, satu bulan terakhir telah mengalami penurunan volume cargo karena dampak dari pembatasan operasional sektor industri di beberapa tempat.

Ditengah situasi yang terjadi tersebut, pelaku usaha angkutan kontainer mengalami kesulitan pembayaran tagihan dari pelanggan. Disisi lain operasional perusahaan harus tetap dijaga agar berjalan dengan baik terutama yang terkait dengan faktor keselamatan.

Turunnya harga minyak disaat pandemik Covid-19, sangat berdampak pada sektor angkutan migas dan pelayaran lepas pantai ( offshore ). Sebagian besar perusahaan minyak melakukan efiensi dan salah satunya adalah meninjau ulang harga sewa kapal hingga turun 30-40 persen.

“Beberapa sektor angkutan laut tersebut sudah merasakan himpitan yang besar seiring tekanan dari dampak Covid-19 yang melumpuhkan sebagian sektor ekonomi,” ujar Carmelita kepada wartawan, Rabu (13/5/2020).

Karena itu dia berharap pemerintah bisa segera merealisasikan relaksasi pinjaman akibat tekanan Covid-19.

“Harus ada langkah cepat tepat dan berkesinambungan, dengan resiko yang terukur. Dan itu tidak bisa ditunda lagi, harus segera dilakukan, untuk melengkapi paket kebijakan pemerintah sebelumnya seperti stimulus pajak. Jika tidak, kondisi negatif cashflow yang dialami saat ini dalam waktu dekat akan mengakibatkan perusahaan berhenti beroperasi dan akan banyak korban PH," tegasnya.

"Perlu diingat bahwa membangun kembali industri pelayaran memerlukan waktu yang lama dan industri pelayaran merupakan infrastruktur maritim yang menjadi tulang punggung bagi negara maritim seperti Indonesia,” pungkas dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya