Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melakukan pertemuan dengan Bupati Sumbawa Barat, Musyafirin melalui video conference Video Conference Tanam dan Panen Padi-Jagung pada Selasa (12/5). Dalam pertemuan itu dengan tegas Musyafirin menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) siap menjaga pangan Indonesia.
Hal itu melihat prediksi BMKG secara nasional yang menyatakan akan terjadi kekeringan sangat besar di Indonesia setelah Juni 2020. Dan berdasarkan informasi Food and Agriculture Organization (FAO), pasca pandemi Covid-19 ini diperkirakan akan terjadi krisis pangan dunia.
Advertisement
"Pemerintah KSB bersama petani, TNI dan Polri siap menjaga pangan Indonesia. Saya bersama regu tanam dari ASN, TNI dan Polri membantu para petani melakukan penanaman, dan Alhamdulillah hingga saat ini telah berhasil menyelesaikan sekitar kurang lebih 11 hektar sawah," demikian dikatakan Musyafirin di kantornya, Jumat (15/5).
Sebelumnya, Musyafirin juga menyampaikan kepada Mentan Syharul bahwa daerahnya mengalami kesulitan di musim tanam kedua. Hal ini disebabkan karena berkurangnya buruh tanam padi sebagai dampak adanya pembatasan pergerakan masyarakat akibat pandemi Covid-19.
"Untuk menanggulangi kelangkaan tenaga kerja tersebut, Pemerintah Daerah menyiagakan regu tanam ASN bersama TNI dan Polri," cetusnya.
Musyafirin pun menyebutkan sebagian besar lahan pertanian di wilayahnya kekurangan air akibat curah hujan yang cukup rendah. Akibatnya musim tanam kali ini kemungkinan besar lahan pertanian hanya dapat ditanam sekitar 60% untuk padi dan sisanya 40 % untuk penanaman jagung.
"Dalam menghadapi permasalahan kekurangan air, perlu adanya bantuan mesin pompa air ukuran sedang-besar, sekitar 8,5 PK dan 15,5 PK yang akan digunakan untuk blok-blok tertentu yang tidak bisa dijangkau oleh pengairan teknis," tuturnya.
"Selain itu kami juga masih memerlukan bantuan dari APBN untuk perlu melakukan perbaikan jaringan irigasi tersier untuk menjamin kelancaran dan mengurangi tingkat kehilangan air yang masuk ke petak persawahan. Kemudian, untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk agar kuota-kuota yang sudah berjalan tidak dipangkas," pinta Musyafirin.
Gerakan Percepatan Tanam
Sementara itu, Mentan Syahrul menegaskan dalam menghadapi pandemi Covid-19, pemerintah dan semua pihak terkait harus tetap menjaga ketersediaan pangan.
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam menghadapi hal tersebut, yakni dengan melakukan percepatan penanaman secara maksimal, mempersiapkan lahan-lahan pertanian yang ada sehingga yang sudah panen disiapkan untuk tanam kembali.
"Daerah harus mempercepat persiapan segala sarana dan prasarana yang mendukung seperti bibit, pupuk, obat-obatan, dan lain sebagainya," kata Mentan Syahrul kepada 2 Gubernur dan 22 Bupati/Wali Kota di Indonesia yang mengikuti video conference.
Oleh karena itu, Mentan Syahrul meminta semua pihak dapat bergotong royong dan bekerja sama agar ketersediaan makanan masyarakat lebih baik lagi walaupun di kondisi saat ini. “Saya berharap kepada seluruh Kepala Daerah bahu-membahu agar semua aspek pertanian bisa berjalan dengan baik,” tandasnya.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan gerakan percepatan tanam ini sesuatu yang tidak bisa ditawar dalam menghadapi ancaman krisis panjang akibat musim kemarau yang diprediksi akan terjadi pada puncak Agustus 2020.
Oleh karena itu, Kementan menargetkan luas tambah tanam padi periode April-September 2020 seluas 5,62 juta hektar yang dapat menghasilkan beras sebanyak 15,05 juta ton.
"Untuk itu, pertanaman padi bulan Mei sampai dengan September 2020 harus dioptimalkan agar target luas tambah tanam itu tercapai. Gerakan tanam serentak ini pasti bisa mewujudkan hal tersebut. Jika skema ini berjalan dengan baik, stok beras kita pastikan aman hingga akhir tahun 2020," tegas Suwandi.
(*)
Advertisement