BI Prediksi IHK Mei 2020 Tejadi Deflasi

Bank Indonesia memperkirakan perkembangan harga-harga pada bulan Mei 2020 mengalami deflasi

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2020, 14:51 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memperkirakan perkembangan harga-harga pada bulan Mei 2020 mengalami deflasi -0,04 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Hal ini berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Mei 2020 yang dilakukan bank sentral.

"Inflasi pada bulan Mei 2020 diperkirakan deflasi -0,04 persen (mtm)," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam siaran persnya, Jakarta, Jumat (15/5/2020).

Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,80 persen (ytd). Sementara secara tahunan inflasi sebesar 2,08 persen (yoy).

Adapun penyumbang utama deflasi yaitu komoditas telur ayam ras (-0,09 persen), bawang putih (-0,05 persen), cabai merah (-0,04 persen), cabai rawit (-0,03 persen), emas perhiasan (-0,02 persen), kangkung dan bayam masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).

Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu daging ayam ras (0,05 persen), bawang merah (0,03 persen), angkutan udara (0,03 persen), udang basah, ikan tongkol, jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).


BI Sebut Inflasi April 2020 Rendah Karena PSBB

Ilustrasi Bank Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan inflasi di bulan April sebesar 0,08 persen (mtm), atau 2,67 persen (yoy).

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, besaran tersebut lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya, yang memperkirakan inflasi 0,18 persen (mtm) atau 2,98 persen (yoy).

"Nah ini kan lebih rendah, ini menunjukkan bahwa faktor permintaan mulai mempengaruhi rendahnya inflasi," ujarnya dalam media briefing, Rabu (6/5/2020).

Menurutnya, jika permintaan akan barang dan jasa rendah, maka tekanan inflasinya juga akan lebih rendah.

"Jadi ini indikator bahwa inflasinya lebih rendah dari yang kami perkirakan karena penanganan dari covid-19 itu mempengaruhi mobilitas manusia, mempengaruhi juga permintaan barang dan jasa," kata Perry.

Selain itu, hal tersebut juga yang mendasari inflasi pada Ramadan kali ini akan lebih rendah dari rata-rata historisnya.

"Kalau rata-rata historisnya bisa 0,6 sampai 0,9, ini akan jauh lebih rendah karena faktor PSBB, pembatasan mobilitas manusia itu berpengaruh terhadap rendahnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa," bebernya.

Oleh karenanya, lanjut Perry, ini juga mendasari perkirakan inflasi tahun ini akan rendah dan terkendali, dalam sasaran 3 persen ± 1 persen.  2 dari 3 halaman BPS : Inflasi April 2020 Turun Jadi 0,08 Persen  Pedagang sayuran menunggu pembeli di sebuah pasar di Jakarta, Rabu (1/4/2020).

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya