Liputan6.com, Jakarta - Kasus pertama Virus Corona (COVID-19) telah masuk ke kemah pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh. Kini sudah ada dua orang Rohingya yang positif.
Situasi ini sangat darurat bagi pengungsi Rohingya, sebab kondisi tempat pengungsian di Cox's Bazar sangatlah padat. Bantuan alat kesehatan juga dibutuhkan.
Baca Juga
Advertisement
Amnesty International menyebut kepadatan mencapai 40 ribu orang per kilometer persegi. Itu berarti kepadatan di pengungsian Rohingya lebih besar ketimbang di Singapura, Hong Kong, atau Kapal Pesiar Diamond Princess.
Situasi padat itu jelas berbahaya jika Virus Corona sampai menyebar.
"Lingkungannya sangat menantang. Kemah ini sangatlah berdesak-desakan. Ini adalah salah satu kemah pengungsi terbesar di dunia," ujar Saad Hammadi, aktivis Amnety di South Asia Regional Office (SARO), Jumat (15/5/2020).
Saad berkata organisasi internasional di Cox's Bazar sudah melakukan antisipasi. PBB telah mendirikan fasilitas kesehatan dan karantina.
Tetapi, masih ada kekurangan dalam alat-alat medis, seperti respirator dan APD bagi tim kesehatan.
"Kita harus mempertimbangkan bahwa adanya kekurangan parah seperti suplai oksigen dan respirator yang dibutuhkan dalam beberapa kasus ini, terutama bagi lansia," ujar Saat.
Untuk saat ini, Saat masih belum bisa berbicara banyak terkait kondisi Virus Corona di pengungsian Cox's Bazar karena kasusnya memang baru dikonfirmasi. Dalam beberapa hari ke depan, pihak Amnesty menantikan bantuan dari organisasi internasional.
"Kita baru bisa melihat hasilnya dalam beberapa hari ke depan sebagaimana Bank Dunia dan anggota komunitas internasional merespons permintaan bantuan," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Corona Masuk Tempat Pengungsian
Dua pengungsi Rohingya dinyatakan positif mengidap Virus Corona COVID-19 di kamp pengungsi terbesar di dunia di Bangladesh.
Badan-badan bantuan telah memperingatkan selama berminggu-minggu tentang dampak potensial virus terhadap para pengungsi Rohingya yang hidup dalam kondisi sempit dan padat dan memiliki akses terbatas kepada air bersih.
"Sekarang virus telah memasuki pemukiman pengungsi terbesar di dunia di Cox's Bazar, kami sedang melihat prospek yang sangat nyata bahwa ribuan orang mungkin meninggal akibat COVID-19," kata Dr Shamim Jahan, direktur kesehatan Save the Children's di Bangladesh, dalam sebuah pernyataan.
"Pandemi ini dapat membuat Bangladesh kembali ke beberapa dekade lalu."
Manish Agrawal, direktur negara Bangladesh di Komite Penyelamatan Internasional, menunjukkan bahwa para pengungsi yang tinggal ada sebanyak 40.000 hingga 70.000 orang per kilometer persegi.
"Itu setidaknya 1,6 kali kepadatan populasi di atas kapal pesiar Diamond Princess, tempat penyakit ini menyebar empat kali lebih cepat daripada di Wuhan pada puncak wabah," katanya merujuk pada sebuah kapal pesiar di Jepang dimana COVID-19 menyebar dengan cepat.
Advertisement