Liputan6.com, Jakarta - Umat Muslim di Amerika Serikat, terutama generasi muda, mengaku merindukan kegiatan yang biasa dilakukan bersama komunitasnya pada bulan suci Ramadan.
Hal ini mengingat pandemi Corona Covid-19 hingga membuat aktivitas yang melibatkan jumlah orang banyak dilarang, termasuk saat Ramadan.
Advertisement
Dalam acara Ramadan Talk Kedutaan Besar Amerika Serikat yang digelar secara daring, salah satu remaja Muslim bernama Yuhaniz Ally dari Kota Seattle, Negara Bagian Washington mengungkapkan kegelisahannya.
Ia mengaku kehilangan kegiatan komunitas, seperti salat berjemaah di masjid setempat. Hal tersebut menurut Yuhaniz menjadi salah satu tantangan baginya dalam menjalani ibadah puasa di tengah pandemi Corona Covid-19.
"(Suasana) bulan Ramadan ini menjadi agak sedih, begitu pula mendekati akhir dan pada saat hari raya Idul Fitri nanti, karena kami kemungkinan tak dapat berkumpul bersama-sama," kata Yuhaniz yang merupakan salah seorang alumnus program beasiswa belajar Bahasa Indonesia itu, dikutip dari Antara, Sabtu (16/5/2020).
Hal senada disampaikan Muhammad Muhanna, mahasiswa Muslim asal Kota Dallas, Negara Bagian Texas. Ia merasa kehilangan suasana kebersamaan komunitas di tempat tinggalnya pada Ramadan ini.
"Suasana Ramadan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya saat anggota komunitas kerap berkegiatan bersama, seperti menjalani salat berjemaah atau berbuka puasa bersama," ucap Muhanna.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Banyak yang Dirindukan
Selain kegiatan beribadah, Muhanna mengaku juga sering berkumpul dengan teman-teman sesama Muslim usai salat tarawih berjemaah.
"Kadang kami pergi ke kedai es krim atau berolahraga bersama hingga larut malam," kata Muhanna.
Meski merindukan kegiatan bersama komunitas yang biasa dilakukan pada Ramadan di tahun-tahun sebelumnya, baik Yuhaniz maupun Muhanna meyakini, di masa pandemi ini langkah terbaik yang harus dilakukan adalah mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah setempat.
Terutama bagi Muhammad Muhanna yang bekerja di rumah sakit. Ketaatan itu, kata dia, diperlukan tak hanya untuk melindungi diri dan keluarga masing-masing, namun juga untuk melindungi mereka yang berada dalam kelompok rentan dari kemungkinan tertular, seperti masyarakat lanjut usia.
Di tengah keterbatasan untuk berkumpul dan mematuhi protokol kesehatan, kerinduan keduanya terhadap kegiatan di komunitas sedikit terobati dengan sejumlah aktivitas yang dapat dilakukan secara daring. Termasuk ceramah Ramadan yang dilakukan oleh para imam dari masjid maupun dari rumah masing-masing.
"Untuk masjid saya itu live juga salat Jumat. Kami bisa lihat dan bersalat sendiri di rumah," kata Muhammad Muhanna yang merupakan mahasiswa Universitas Texas di Dallas.
Komunitas umat Muslim di Seattle dan Dallas juga menjalankan program pengumpulan dana untuk memberikan donasi dan makanan bagi mereka yang membutuhkan pada masa pandemi ini.
Termasuk, bagi para pekerja medis yang berada di garda terdepan melawan Corona Covid-19 sebagai bentuk dukungan dari komunitas Muslim di masing-masing kota.
Advertisement