Liputan6.com, Jakarta - Entah darimana Anda membeli tisu gulungan untuk toilet, warnanya selalu putih.
Ini yang membuat setiap kotoran atau residu yang menempel akan jelas terlihat dalam setiap lembarannya. Demikian seperti mengutip Mental Floss, Sabtu (16/5/2020).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Reader's Digest, tisu toilet terbuat dari serat selulosa yang dipanen dari pohon atau kertas daur ulang dan kemudian dicampur dengan air untuk membuat bubur kayu.
Pabrikan kemudian memutihkan pulp untuk menghilangkan polimer lignin, suatu proses yang menciptakan jaringan yang lebih lembut.
Secara alami, pemutih yang sama juga membuat pulp menjadi putih. Kalau tidak, akan ada garis-garis cokelat yang tersisa, dan ini bukan suatu hal yang kita inginkan ada ketika menggunakan tisu toilet. Sedangkan, lem yang menyatukan selulosa biasanya berwarna lebih gelap.
Simak video pilihan berikut:
Hemat Biaya hingga Cegah Iritasi
Jelas, kertas toilet yang berwarna putih memudahkan seseorang mengetahui apakah mereka telah selesai membersihkan diri mereka sendiri.
Namun sebelumnya, pada tahun 1950-an, warna pastel sangat populer, dengan orang-orang yang ingin mencocokkan warna tisu dengan desain kamar mandi mereka. Konsumen memilih warna lavender dan beige untuk tisu toilet sampai akhirnya pada tahun 1980-an, di mana ada kekhawatiran iritasi kulit dan kemungkinan kerusakan lingkungan.
Negara-negara lain, seperti Amerika Selatan dan Eropa, menawarkan kertas toilet dalam berbagai warna.
Di Prancis, bahkan kertas toilet beraroma dapat ditemukan di rak-rak, yang sepertinya akan menjadi pertempuran yang kalah mengingat apa aroma wangi.
Sedangkan, orang Amerika tampaknya senang dengan tisu kamar mandi putih. Mengingat pewarna hanya akan menambah biaya produksi, dan itu rasanya sama seperti membuang uang ke toilet.
Advertisement