Liputan6.com, Jakarta - Penjualan produk makanan dan minuman untuk Hari Raya Idul Fitri tahun ini cukup terbantu dengan adanya penjualan yang dilakukan secara online. Berdasarkan data perusahaan e-commerce enablerSIRCLO, peningkatan permintaan yang terjadi pada produk makanan dan minuman (Food&Baverage) mencapai 143 persen dari Februari hingga Maret 2020, dan diperkirakan akan terus meningkat.
“Peningkatan penjualan produk makanan dan minuman secara online menunjukan terjadinyapergeseran belanja dari yang semula pembelian langsung di toko ataupun pasar tradisional menjadi berbasis digital yang disebabkan adanya pembatasan aktivitas di luar rumah,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim di Jakarta, Sabtu (16/5/2020).
Dia menjelaskan, dampak dari pandemi Covid-19, membuat konsumen cenderung mengubah perilakunya menjadi mode bertahan hidup dan lebih konservatif. Konsumen menjadi lebih berhati-hati dan lebih ingin berada di dalam rumah daripada keluar untuk melakukankonsumsi.
Baca Juga
Advertisement
“Dalam studi yang dirilis Nielsen, sejak diberlakukannya imbauan tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19, sekitar 30 persen konsumen merencanakan untuk lebih sering berbelanja secara online,” papar Rochim.
Selanjutnya, dari sisi konsumsi, sebanyak 49 persen konsumen menjadi lebih sering memasak di rumah. Hal ini mendorong kenaikan pertumbuhan penjualan bahan pokok seperti telur yang naik 26 persen, daging yang mengalami kenaikan penjualan 19 persen, permintaan daging unggas naik 25 persen, sertapenjualan buah dan sayur yang meningkat 8 persen.
“Barang-barang inilah yang sering dibeli oleh masyarakat di pasar tradisional, namun seiring denganpemberlakuan pembatasan sosial, maka saat ini masyarakat lebih cenderung berbelanja di pasarmodern. Penurunan pengunjung di pasar tradisional disiasati oleh pedagang pasar tradisional dengan menawarkan produknya melalui media sosial dan bekerja sama dengan e-commerce,” pungkasnya.
Harga Gula
Secara khusus terkait dengan fluktuasi harga gula di pasaran, pemerintah telah memberikan penugasan kepada pabrik gula rafinasi untuk dapat memproduksi gula kristal putih (GKP), sehingga harga gula pasir di tingkat konsumsi dapat kembali normal.
Selanjutnya, untuk menjaga keberlangsungan produktivitas industri makanan dan minuman,Kemenperin aktif melakukan monitoring terhadap ketersediaan bahan baku serta stabilitas harga.
Terkait dengan pasokan bahan baku, menurut Rochim, pihaknya sudah memfasilitasi agar dapatterserap oleh industri makanan dan minuman di dalam negeri.
“Ketersediaan bahan baku untuk industri makanan minuman seperti gula dan tepung terigu sudahmencukupi kebutuhan dan kami harapkan bahan baku ini dapat diserap oleh industri,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kemenperin juga telah berkoordinasi dengan Gabungan Pengusaha Makan danMinuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) untuk memastikan stabilitas harga produk di pasaran.
“GAPMMI menyampaikan komitmen untuk menjaga stabilitas harga produk makanan dan minuman.Komitmen ini akan terus kami pantau,” tambahnya.
Dalam situasi pandemi Covid-19, Kemenperin terus mengimbau kepada sektor industri yang beroperasi untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kemenperin pun terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun Kementerian/Lembaga lainnya untuk memastikan keberlangsungan kegiatan industri selama masa kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19.
“Kami juga berterima kasih kepada pemerintah daerah atas dukungannya terhadap pelaksanaan industri didaerahnya, serta melakukan pembinaan kepada industri agar terus melaksanakan protokolpencegahan Covid-19,” jelasnya.
Advertisement