Liputan6.com, Jakarta - Industri makanan dan minuman merupakan sektor yang saat ini masuk dalam kategori permintaan tinggi (high demand), meskipun di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian berupaya memastikan kesiapan sektor industri tersebut sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya menjelang Idul Fitri tahun ini.
“Sektor industri makanan dan minuman sudah memiliki kesiapan yang cukup untuk memenuhimkebutuhan masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Untuk itu, kami akan terusmelakukan koordinasi dengan pelaku industri di sektor ini,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim di Jakarta, dikutip Senin (18/5/2020).
Dirjen Industri Agro menegaskan, pihaknya terus mendorong pengembangan sektor industrimakanan dan minuman agar tetap produktif, terutama dalam memenuhi kebutuhan panganmasyarakat. Apalagi, selama ini industri makanan dan minuman mampu memberikan kontribusisignifikan bagi perekonomian nasional.
Baca Juga
Advertisement
Kemenperin mencatat, pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahun 2019 mencapai 7,78 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan industri nonmigas yang berada di angka 4,34 persen maupun pertumbuhan industri nasional sebesar 5,02 persen.
Selain itu, di tahun yang sama, sektor industri makanan dan minuman juga berkontribusi hingga 36,40 persen pada PDB industri pengolahan nonmigas.
“Hal ini menunjukkan pentingnya peran industri makanan dan minuman terhadap pertumbuhan industri dan ekonomi nasional,” ungkap Rochim.
Industri Makanan dan Minuman Paling Terdampak Virus Corona
Startup penyedia layanan kasir digital untuk lebih dari 30 ribu merchant di Indonesia, Moka menyatakan industri makanan dan minuman (food and beverage/F&B) menjadi Industri yang paling terdampak virus corona (Covid-19). Kemudian disusul industri jasa dan ritel.
Berdasarkan data internal Moka, dari 17 kota yang diobservasi, sebanyak 13 kota mengalami penurunan pendapatan harian yang signifikan akibat Covid-19.
Untuk mengetahui dampak nyatanya, Moka melakukan observasi di 17 kota di Indonesia, terkonsentrasi di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Batam, dan Bali, menurut keterangan yang diterima liputan6.com, Kamis (26/3/2020).
Begitupun dengan Bali dan Surabaya merupakan dua kota yang mengalami penurunan pendapatan harian yang paling signifikan, dibandingkan dengan kota lain dengan masing-masing mengalami penurunan sebesar 18 persen untuk Bali dan 26 persen untuk Surabaya.
Sedangkan daerah Jabodetabek juga mengalami penurunan pendapatan harian yang cukup signifikan, namun tidak setajam Bali dan Surabaya. Wilayah yang terkena dampak di daerah Jabodetabek yang paling signifikan terjadi di Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.
Selanjutnya, Industri Jasa menjadi industri kedua yang paling terkena dampak covid-19. Pada industri jasa, 10 dari 17 kota di Indonesia menunjukkan penurunan pendapatan harian yang signifikan. Lima kota dengan penurunan pendapatan harian paling signifikan adalah Depok, Bekasi, Jakarta Timur, Batam, dan Bandung.
Advertisement