Liputan6.com, Jakarta Tak ada yang bisa menghindar dari serangan Virus Corona, semua terdampak. Tak terkecuali dengan raksasa otomotif Jepang, Toyota yang harus memangkas rencana produksinya.
Toyota Motor Corp Jumat (15/5) terpaksa mengurangi produksi kendaraannya di Jepang. Tidak tanggung-tanggung 122 ribu akan dipangkas pada bulan Juni. Alasan utamanya sudah bisa ditebak, kurangnya permintaan untuk mobil baru. Virus Corona mendorong pembuat mobil untuk menjaga pabriknya tetap berjalan pada operasi terbatas.
Baca Juga
Advertisement
DIsitat dari Reuters, penurunan produksi Toyota menggarisbawahi kondisi yang menantang bagi pembuat mobil di seluruh dunia karena dampak dari virus. Selain permintaan yang lemah, masalah pengadaan dan langkah-langkah menjauhkan sosial di pabrik juga diperkirakan akan memukul output.
Produsen mobil terbesar di Jepang itu mengatakan akan menghentikan produksi di semua 15 pabriknya selama empat hari bulan depan. Sementara menghentikan produksi hingga 7 hari pada 10 lini produksinya. Semua model mobil kena imbas pengurangan produksi tersebut, termasuk hibrida bensin Prius, sedan Corolla, dan 4Runner SUV.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Kurangi 40 Persen Produksi
Kiranya pemangkasan produksi tidak terjadi hanya pada Juni saja. Toyota berencana hanya berproduksi pada satu shift untuk lima jalur produksi bulan depan. Pengaturan itu akan berlanjut pada dua jalur hingga Juli, dan hingga Agustus pada yang lain.
Seorang juru bicara Toyota mengatakan pengurangan produksi mewakili pengurangan 40 persen dari rencana awal yang dibuat awal tahun ini. Pada Juni 2019, Toyota bisa membuat 289.544 kendaraan di Jepang.
Advertisement
Produksi Toyota di Amerika
Awal pekan ini, Reuters melaporkan bahwa Toyota berencana untuk memangkas produksi di Amerika Utara hampir sepertiga hingga Oktober karena coronavirus. Pembuat mobil itu melanjutkan beberapa output di tujuh situsnya di Amerika Utara minggu ini.
Toyota bersiap untuk penurunan 80 persen dalam laba operasi setahun penuh, terendah dalam sembilan tahun, karena mengharapkan penjualan mobil tetap lemah untuk sebagian besar tahun ini.
Beberapa analis percaya bahwa penjualan mobil global di seluruh industri dapat merosot hingga sepertiga tahun ini dan bahwa setiap pemulihan akan melambat dan merata karena kehilangan pekerjaan dan berkurangnya pendapatan membebani pengeluaran konsumen.