Ketua KPK: Baca Buku Dapat Bentuk Karakter dan Integritas

Ia mengatakan jujur, miris, dan pilu melihat kebiasaan membaca dan menulis mulai ditinggalkan, tergerus perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.

oleh Muhammad Ali diperbarui 17 Mei 2020, 22:22 WIB
Ketua KPK Firli Bahuri (kiri) menyampaikan keterangan terkait pengembangan kasus proyek jalan Bengkalis di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (17/1/2020). Ada enam proyek jalan dengan nilai proyek sebesar Rp 2,5 triliun dan total kerugian negara sebesar Rp 475 miliar. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri dalam memperingati Hari Buku Nasional yang jatuh setiap 17 Mei menyebut membaca buku dapat membentuk karakter dan integritas seseorang.

Firli mengatakan membaca dapat memantik keinginan seseorang untuk menulis, meski hanya dimulai dari sebuah catatan biasa karena hubungan menulis dan membaca sangat erat sekali.

"Selain membuka wawasan dan pengetahuan, karakter dan integritas seseorang juga terbentuk dari buku yang dibacanya. Karakter kuat, integritas yang tinggi serta penuh wawasan dan pengetahuan, sebagai modal utama seseorang untuk menghindari ragam permasalahan kehidupan seperti laten korupsi yang masih menjadi musuh kita bersama," tuturnya melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (17/5/2020).

Lebih lanjut, ia menyatakan ide dan tujuan peringatan hari buku yang dicetuskan 18 tahun lalu oleh Menteri Pendidikan saat itu, Abdul Malik Fadjar untuk menumbuhkan budaya dan meningkatkan minat membaca dan menulis (budaya literasi) masyarakat.

"Tidak dapat dipungkiri, minat baca dan menulis masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Berbagai hasil survei dan penelitian tingkat nasional hingga internasional, telah membuktikan hal tersebut," ungkap Firli.

Ia mengatakan jujur, miris, dan pilu melihat kebiasaan membaca dan menulis mulai ditinggalkan, tergerus perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.

"Di mana waktu anak-anak kita, masa depan bangsa ini, dihabiskan oleh "smartphone" atau "game", kata Firli seperti dikutip dari Antara.

Menurut dia, sudah sangat jarang terlihat anak-anak maupun remaja membawa buku, baik itu buku pelajaran, buku cerita, novel, dan lain sebagainya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Budaya Literasi yang Rendah

Ia mengatakan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tentu tidak dapat dilawan, namun kita dapat menyelaraskannya dengan nilai-nilai atau budaya seperti membaca dan menulis melalui cara yang berbeda.

"Rendahnya budaya literasi di Indonesia khsususnya pada generasi zaman "now", tentu telah menjadi tantangan tersendiri yang perlu kita sikapi bersama, segenap elemen bangsa," ucap Firli.

Namun, kata dia, tidak ada kata terlambat bagi kita untuk membiasakan diri membaca atau menulis. Dengan membaca, kita dapat meningkatkan pengetahuan setelah meresapi, menganalisa, dan menginterpretasi esensi buku tersebut.

Oleh karena itu, kata dia, begitu pentingnya kita membiasakan diri dan anak-anak kita untuk membaca atau menulis dari sejak dini karena masa depan suatu bangsa tergantung kepada karakter generasi muda yang saat ini sangat rentan terpengaruh sisi negatif, dari pesatnya perkembangan zaman dan teknologi.

"Mengenalkan manfaat buku kepada mereka, Insya Allah dapat menjadi filter untuk menyaring berbagai macam informasi yang masuk kepada generasi muda kita agar tidak kehilangan arah dalam membentuk karakter calon penerus masa depan bangsa," kata dia.

Ia pun sependapat dengan Esther Meynell, penulis kelahiran Leeds Inggris tahun 1878, bahwasanya buku bagi seorang anak yang membaca, lebih dari sekadar buku tetapi merupakan impian sekaligus pengetahuan dan masa depan sekaligus masa silam.

"Semangat membaca dan menulis yang menjadi esensi peringatan Hari Buku Nasional, diharapkan mampu meningkatkan akselerasi dan gelora elemen-elemen bangsa untuk mempercepat tujuan didirikannya negara Indonesia, diantaranya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai amanat pembukaan UUD 1945," tuturnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya