Lebih dari 100 Negara Minta Penyelidikan Asal Mula Virus Corona COVID-19 Dilakukan

Banyak negara meminta penyelidikan terhadap asal mula pandemi Virus Corona COVID-19 dilakukan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 18 Mei 2020, 15:36 WIB
Presiden China Xi Jinping saat mengunjungi kawasan industri otomotif di Ningbo, Provinsi Zhejiang, China, Minggu (29/3/2020). Pemerintah China tengah berupaya memulai kembali industrinya setelah wabah virus corona COVID-19 mereda di negaranya. (Shen Hong/Xinhua via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 100 negara, termasuk 50 negara Afrika dan semua negara anggota Uni Eropa, mendukung resolusi yang menyerukan penyelidikan independen terhadap pandemi Virus Corona COVID-19. Hal ini disampaikan oleh pihak Australia mengatakan menjelang pertemuan kunci Majelis Kesehatan Dunia (WHA).

Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan mosi itu "diharapkan akan disahkan" di majelis pada hari Selasa. Hunt mewakili negaranya dalam pertemuan WHA virtual, yang dijadwalkan akan dimulai pada hari ini. Demikian seperti mengutip laman Al Jazeera, Senin (18/5/2020). 

Setidaknya 116 negara kini telah mendaftar sebagai co-sponsor rancangan mosi yang menyerukan penyelidikan.

Termasuk Indonesia, Inggris, Kanada, India, Jepang, Selandia Baru, dan Rusia juga telah menunjukkan dukungannya.

Sementara gerakan ini tidak melibatkan China, yang kemudian menimbulkan kemarahan di antara para pejabat Tiongkok. Bahkan pihak Beijing mengancam tindakan balasan ekonomi terhadap Australia, yang pertama kali mendorong adanya penyelidikan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Digagas Australia

Bendera negara Australia - AFP

Australia menyerukan penyelidikan independen terhadap respons global terhadap pandemi bulan lalu.

Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan negara-negara di seluruh dunia perlu mengetahui "asal usul virus, tentang pendekatan untuk menghadapinya (dan) mengatasi keterbukaan dengan informasi yang dibagikan."

Langkah itu mengundang ancaman dari Beijing, dengan duta besar China untuk Australia, Cheng Jingye, dan menyebutnya "berbahaya".

"Publik China frustrasi, kecewa, dan kecewa dengan apa yang sedang dilakukan Australia sekarang," kata Cheng dalam sebuah wawancara dengan majalah Australian Financial Review bulan lalu, ketika ia mengisyaratkan kemungkinan boikot perdagangan.

Sejak itu, China telah pindah untuk menangguhkan impor dari empat pemasok daging sapi Australia yang besar.

China juga mengancam aliran mahasiswa China ke universitas-universitas Australia, sumber pendapatan utama yang sudah terancam oleh pembatasan perjalanan pandemi.

Australia, bagaimanapun, bersikeras bahwa China memperlakukan masalah perdagangan yang tidak terkait dengan diskusi seputar penyelidikan virus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya