Sri Mulyani Sebut Kemiskinan Berpotensi Naik 4,86 Juta Orang

Potensi peningkatan kemiskinan akan menambah 4,86 juta orang dalam skenario sangat berat.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Mei 2020, 15:40 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/6/2019). Pemerintah bersama Komisi XI DPR RI kembali melakukan pembahasan mengenai asumsi dasar makro dalam RAPBN 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Koreksi pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh negatif 0,4 persen dalam skenario sangat berat dan 2,3 persen dalam skenario berat, akan menimbulkan peningkatan pengangguran dan kemiskinan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam Konferensi Pers tentang program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bersama Menteri Keuangan, Senin (18/05/2020).

Dalam pemaparannya, potensi peningkatan kemiskinan akan menambah 4,86 juta orang dalam skenario sangat berat. Sementara dalam skenario berat, jumlah kemiskinan akan bertambah sekitar 1,89 juta orang.

"Kita melihat kemiskinan dan pengangguran juga akan meningkat yaitu kemiskinan naik 1,89 juta orang, dan pengangguran meningkat di 2,92 juta orang," jelasnya.

Sementara untuk pengangguran akan bertambah 5,23 juta orang dalam skenario sanagt berat, atau 2,92 juta orang dalam skenario berat.


Pemerintah Kerja Keras agar Angka Pengangguran dan Kemiskinan Tak Meledak

Warga berada di seberang pemukiman padat di bantaran kali Ciliwung, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap proyeksi pemerintah terhadap angka kemiskinan naik dari 9,15 persen menjadi 9,59 persen akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pemerintah telah menyiapkan berbagai program untuk meredam peningkatan angka pengangguran dan juga kemiskinan yang diperkirakan bakal membludak sebagai dampak dari Pandemi Corona. Prorgam tersebut antara lain mulai dari meningkatkan konsumsi rumah tangga hingga mendorong investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

"Kita sedang berusaha meredam dampak negatif secara sosial kemasyarakatan kita berusaha untuk menghambat supaya tingkat penganggurannya meningkatnya tidak terlalu tajam dan kemiskinannya juga tidak meningkat," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dalam video conference di Jakarta, Rabu (16/5/2020).

Seperti diketahui, tingkat pengangguran terbuka sendiri diperkirakan akan bertambah akibat pandemi virus Corona. Di mana dalam skenario berat potensi pengangguran akan bertambah 2,92 juta orang, dan sangat berat bisa mencapai 5,23 juta jiwa.

Sementara, peningkatan jumlah angka kemiskinan diperkirakan mencapai sebesar 1,1 juta penduduk. Sementara untuk skenario yang lebih berat, tambahan angka kemiskinan akan sebanyak 3,78 juta orang.

Febrio melanjutkan, untuk menekan tingkat pengangguran paling tidak pemerintah mengusahakan agar investasi di kuartal II 2020 dan selanjutnya bisa tumbuh di kisaran sekitar 6 persen. Saat ini, pertumbuhan investasi di kuartal I 2020 hanya berada di kisaran 1,7 persen. Angka ini pun lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu sebesar 5 persen.

"Investasi harus 5 sampai 6 persen pertumbuhannya, itu cuma tumbuh 1,7 persen. Kita nanti harus dorong ini lebih banyak di kuartal II," imbuh dia.


Konsumsi Rumah Tangga

Puluhan remaja Solidarity Community (SC) 234 Garut, Jawa Barat, tengah bahu membahu menurunkan puluhan paket sembako yang akan dibagikan bagi masyarakat miskin perkotaan di Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Kemudian dalam upaya meredam tingkat kemiskinan pemerintah akan menggenjot konsumsi rumah tangga di kuartal II 2020. Saat ini tercatat pertumbuhan kuartal pertama 2020 hanya berada di 2,7 persen, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu sebesar 5,3 persen.

Berbagai cara dalam meningkatkan konsumsi bisa dilakukan melalui program penyaluran bantuan sosial (bansos), Program Keluarga Harapan (PKH), subsidi listrik hingga kartu prakerja.

"Itu tujuannya di untuk menjaga konsumsi yang sudah 2,7 persen itu bisa kita tahan mudah-mudahan bisa naik ke atas 3 persen. Misalnya untuk ke depan di samping itu kita juga berpikir bagaimana kalau kita lihat stimulus konsumsi ke atas," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya