Aliran Uang ke Daerah Tujuan Mudik Diprediksi Anjlok 80 Persen

Pada kondisi normal, aliran uang dari kota ke daerah tujuan mudik saat puncak Idul Fitri selalu naik dari tahun ke tahun.

oleh Athika Rahma diperbarui 19 Mei 2020, 13:31 WIB
Tumpukan uang kertas pecahan rupiah di ruang penyimpanan uang "cash center" BNI, Kamis (6/7). Tren negatif mata uang Garuda berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai bangkit ke zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta Sarman Simanjorang memprediksi peredaran uang ke daerah tujuan mudik saat musim Idul Fitri 1441 Hijriah/Lebaran 2020 turun 80 persen karena dampak wabah virus corona jenis baru (COVID-19).

"Yang tadinya diperkirakan aliran uang dari Jakarta ke daerah tujuan wisata sekitar Rp 10,8 triliun diperkirakan akan turun 80 persen atau hanya sekitar Rp 2 triliun," kata Sarman, dikutip Selasa (19/5/2020).

Dana itu pun, lanjut Sarman, hanya mengalir melalui kiriman/transfer via bank atau kantor pos dari warga yang masih punya simpanan atau kelebihan untuk dibagikan kepada keluarga di kampung.

"Sehingga Idul Fitri tahun ini tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Harapan para pelaku UKM untuk mendapat omzet dan keberuntungan saat momen Lebaran kali ini pupus," katanya.

Pada kondisi normal, aliran uang dari kota ke daerah tujuan mudik saat puncak Idul Fitri selalu naik dari tahun ke tahun.

Dalam kondisi normal, uang yang mengalir ke daerah tujuan mudik tahun 2020 ini diperkirakan sebesar Rp 10,8 triliun, naik 13,7 persen dari tahun 2019 sebesar Rp9,5 triliun.

Asumsi Rp 10,8 triliun itu dihitung dari jumlah pemudik dari tahun ke tahun yang mengalami kenaikan. Jika tidak ada COVID-19, diperkirakan jumlah pemudik dari Jabodetabek ke berbagai daerah tujuan mudik diperkirakan mencapai 7.640.288 jiwa atau setara 2.546.763 keluarga.

Jika setiap keluarga membawa uang rata-rata Rp 4.250.000 juta per keluarga maka dana yang mengalir ke daerah tujuan mudik diperkirakan mencapai Rp10,8 triliun.


Menggerakkan Ekonomi

Teller menghitung mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Aliran uang dari kota ke daerah ini dinilai mampu menggerakkan perekonomian karena para pemudik akan banyak membelanjakan uangnya di kawasan destinasi pariwisata, oleh-oleh khas daerah, aneka produk UKM seperti makanan/kuliner dan kerajinan daerah, batik dan uang lebaran/saku kepada keluarga.

Kendati kondisinya berat saat Lebaran ini, dunia usaha masih melihat harapan karena kebijakan pemerintah memindahkan libur Lebaran ke akhir tahun.

"Dengan catatan bahwa kondisi ekonomi kita sudah mulai normal dan pendapatan masyarakat sudah mulai membaik sehingga ada kemungkinan mudik dan liburan ke kampung halaman," katanya.

Oleh karena itu, Sarman berharap pemerintah benar-benar mampu mengendalikan penyebaran COVID-19 secepatnya melalui regulasi dan kebijakan yang konsisten, memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah dan standar protokol yang jelas dan tegas.

"Sehingga badai ini cepat berlalu, dunia usaha dapat aktif dan bergairah kembali," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya