Gangguan Tidur Ini Bisa Jadi Pemicu Masalah Perilaku pada Anak

Anak yang kerap mendengkur lalu gelisah saat tidur dan keesokan hari tampak tak segar bisa jadi mengalami sleep apnea.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2020, 04:00 WIB
Anak tidur (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Anak yang kerap mendengkur lalu gelisah saat tidur dan keesokan hari tampak tak segar bisa jadi mengalami sleep apnea obstruktif. Kondisi ini terjadi pada 1-4 persen anak seperti disampaikan American Sleep Apnea Association.

Jika tak segera ditangani sleep apnea pada anak dapat menyebabkan masalah perkembangan dan perilaku. Termasuk peningkatan mimpi buruk dan mengigau pada anak saat malam hari seperti dikutip dari Parents.

Kehadiran amandel besar dan kelenjar gondok yang membengkak menyebabkan apnea tidur obstruktif. Keduanya membuat penyumbatan di tenggorokan atau hidung.

Faktor risiko termasuk obesitas, riwayat keluarga, berat lahir rendah, kelainan wajah atau tengkorak, dan kondisi seperti sindrom down, penyakit sel sabit, dan cerebral palsy juga bisa jadi penyebabnya.

 


Gejala

Jika anak mengalami satu atau beberapa gejala di bawah ini, segera lah berkonsultasi dengan dokter anak. Minta pemeriksaan lebih rinci terutama terkait dengan kualitas tidur anak. Berikut gejalanya:

- Mendengkur, merupakan tanda yang paling umum

- Jeda bernapas saat tidur

- Bernapas melalui mulut, baik saat tidur dan bangun

- Napas yang berisik, batuk, dan tersedak saat tidur

- Terjaga dalam jangka pendek karena gangguan pernapasan

- Mengompol terus-menerus pada anak yang mendengkur keras dan sering tertidur

- Hiperaktif, perubahan suasana hati, lekas marah, dan rewel di siang hari karena dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari

Perawatan Sleep Apnea

Anak-anak dengan sleep apnea tidak istirahat dengan baik, mereka dapat menderita di siang hari. Kinerja akademik yang buruk dan hiperaktif. Beberapa kondisi seringkali salah diagnosis, anak sebenarnya mengalami sleep apnea tapi dikira attention-deficit / hyperactivity disorder (ADHD).

Sleep apnea yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, obesitas, dan serangan jantung di masa depan. Ini juga dapat berdampak pada keterampilan motorik, kreativitas, dan keterampilan anak memecahkan masalah.

 

 

Penulis: Mutia Nugraheni/Dream.co.id

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya