Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Diprediksi Tumbuh Negatif

Pada kuartal II nyaris tidak ada kegiatan perekonomian sama sekali akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Mei 2020, 11:43 WIB
Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia sempat diprediksi akan tumbuh 4 persen hingga 4,3 persen pada kuartal I. Hal tersebut karena seluruh kegiatan selama Januari dan Februari masih relatif terjaga.

Sebelum akhirnya virus covid-19 mewabah di Indonesia pada sekitar bulan Maret hingga hari ini, dan telah meluluhlantakkan roda perekonomian tanah air. Sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami koreksi besar-besaran, yakni tumbuh pada 2,97 persen.

Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Mirza Adityaswara, menyebutkan pada kuartal II akan berpotensi pertumbuhan negatif. Pasalnya, pada kuartal II nyaris tidak ada kegiatan perekonomian sama sekali akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran covid-19.

"Kalau kita lihat begitu, pada kuartal II ini bisa negatif, karena kuartal II itu bisa dibilang tidak ada aktivitas, sedikit sekali aktivitas sektor riil karena ada PSBB di beragai kota, termasuk di Jakarta," ujarnya dalam webinar LPPI, Selasa (29/5/2020).

"Misalnya saja setor industri di kuartal I itu hanya tumbuh 2,06 persen. Itu kuartal I, kuartal II ini bisa saja menjadi negatif," imbuhnya.

Sementara sektor perdagangan di kuartal I hanya tumbuh 1,6 persen, padahal, kata Mirza, sektor perdagangan itu 14 persen dari ekonomi Indonesia. Kemudian sektor konstruksi hanya tumbuh 2,9 persen.

Lainnya, pertambangan tumbuh 0,43 persen, transportasi dan pergudangan 1,27 persen, jasa keuangan dan ansuransi 10,67 persen, informasi dan komunikasi 9,81 persen, administrasi pemerintahan 3,26 persen, jasa pendidikan 5,89 persen, real estate 3,83 persen, akomodasi dan makan minum 1,95 persen, jasa lainnya 7,09 persen, jasa perusahaan 5,39 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 10,39 persen, pengadaan listrik dan gas 3,85 persen, pengadaan air 4,56 persen.


Corona Bikin Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2020 Melempem

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat konsultasi dengan DPR di Ruang Pansus B, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/12). Rapat membahas program Omnibus Law dan RUU Prolegnas Prioritas tahun 2020 terkait keuangan dan perkembangan makro fiskal dan keuangan negara. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I tumbuh sebesar 2,97 persen akibat pandemi covid-19 yang menghentikan sebagian besar aktivitas ekonomi.

Dari sisi konsumsi, tumbuh sebesar 2,7 persen, turun drastis dibandingkan tahun lalu pada kuartal yang sama yakni mencapai 5,3 persen.

"Investasi hanya tumbuh 1,7 persen yaitu yang tahun lalu pada kuartal I tumbuh diatas 5 persen. Sehingga kalau kita lihat pangsa dari dua hal ini, yang lebih dari 90 persen kontribusinya terhadap ekonomi kita, maka kemudian keduanya akan menekan pertumbuhan ekonomi dari segi permintaan," ujar Menkeu, Senin (18/5/2020).

Sementara untuk ekspor tumbuh sebesar 0,2 persen, relatif lebih baik dibandingkan kuartal yang sama pada tahun lalu yang tumbuh ngatif 1,6 persen.

Demikian pula untuk impor, meski tumbuh negatif, namun pertumbuhan kuartal I tahun ini lebih baik yakni -2,2 persen, dibandingkan tahun lalu yang juga tumbuh negatif 7,5 persen.

"Untuk ekspor dan impor memang sejak tahun lalu pertumbuhan perdagangan internasional adalah yang paling lemah. Sehingga memang kondisi saat ini relatif dalam posisi yang rendah," kata dia.


Rincian Sektor

Penumpang Kereta Api Luar Biasa (KLB) di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (12/5/2020). PT KAI mengoperasikan tiga rute dengan enam perjalanan kereta setiap harinya untuk penumpang yang dikecualikan sesuai aturan pemerintah dengan penerapan protokol pencegahan Covid-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Lebih lanjut, Sri Mulyani memaparkan rincian dari sisi dunia usaha atau supply yang dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, yakni untuk manufaktur yang tumbuh 2,1 persen, dibandingkan tahun lalu 3,9 persen. Perdagangan tumbuh 1,6 persen, anjlok dari pertumbuhan tahun lalu 5,2 persen.

Kemudian transportasi 1,43 persen dengan 5,5 persen pada tahun lalu. Akomodasi dan mamin tumbuh 2,0 persen, yang juga turun dari 5,9 persen.

Pertanian tumbuh 0,0 persen, dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 1,8 persen. Pertambangan tumbuh 0,4 persen, dibandungkan tahun lalu 2,3 persen.

Serta konstruksi yang tumbuh 2,9 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu mencapai 5,9 persen.

"Secara keseluruhan mempengaruhi keseluruhan outlook pertumbuhan ekonomi kita tahun ini dan juga mempengaruhi angka kemiskinan dan pengannguran," tandasnya.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya