Liputan6.com, Jakarta - Ericsson melatih karyawan untuk fasilitas produksi BTS 5G di Amerika Serikat (AS) menggunakan virtual reality (VR). Fasilitas ini berperan dalam memproduksi BTS 5G untuk pasar Amerika Utara.
"Di Ericsson kami tidak sekadar berucap kata saja, tetapi kami berjalan dan kami mempraktikkan apa yang kami ucapkan. Itu sebabnya kami mengambil pendekatan ini," kata Erik Simonsson, penanggung jawab fasilitas tersebut dikutip dari keterangan resmi perusahaan.
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Anna Cau, Kepala Sumber Daya Manusia, Group Supply, Ericsson, menyebut pendekatan ini memiliki tantangan bagaimana menghubungkan karyawan baru dengan sebuah fasilitas yang belum beroperasi sebelumnya.
"Kami menyadari pendekatan paling efisien dan produktif di fasilitas AS yang baru dapat dilakukan melalui kolaborasi virtual dan berbagi pengetahuan dengan rekan-rekan kami di Tallinn. Sudah waktunya untuk menerapkan orientasi VR yang diaktifkan ke dalam langkah-langkah kami," kata Anna.
Perusahaan menyebut keberhasilan awal dari pendekatan ini membuat sesi virtual onboarding untuk karyawan baru di fasilitas itu mendorong supaya inisiatif serupa dilakukan setiap bulan. Hal ini dapat memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan 5G di Amerika Utara.
CEO Ericsson: Konektivitas Adalah Kunci di Tengah Pandemi Covid-19
Diwartakan sebelumnya, dalam sebuah sesi video-conference pada Senin (11/5/2020), CEO Ericsson Börje Ekholm mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini konektivitas yang kuat dan dapat diandalkan adalah kunci.
"Bahkan, ketika sebuah negara menerapkan kebijakan lockdown, teknisi kami masih aktif untuk menjaga dan memantau kualitas jaringan," kata Ekholm.
Misalnya, para teknisi perusahaan di Tiongkok turut ambil bagian dalam penyediaan konektivitas untuk Rumah Sakit di Wuhan. Di Amerika Serikat, perusahaan asal Swedia itu juga berkontribusi terhadap tantangan data berbasis kecerdasan buatan.
Advertisement
Perubahan di sektor telekomunikasi seluler
Dalam dua bulan terakhir, kata Ekholm, ada perubahan di sektor telekomunikasi seluler yang layak disoroti. Misalnya, trafik jaringan beralih secara cepat dari area bisnis ke kawasan pemukiman hanya dalam hitungan hari ketika permulaan pandemi.
Secara umum, kenaikan trafik yang dilayani oleh infrastruktur telekomunikasi Ericsson juga mengalami peningkatan hingga 20 persen.
Lebih lanjut, Ekholm juga mengatakan bahwa perusahaan telah menerapkan kebijakan work from home (WFH). Sejak awal Maret 2020, sekitar 85.000 karyawan Ericsson bekerja secara remote.
"Sekali lagi, konektivitas adalah kunci. Di tengah pandemi Covid-19, jaringan telekomunikasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari infrastruktur vital, yang menunjukkan pentingnya kualitas dari konektivitas," kata Ekholm.
(Why/Isk)