Liputan6.com, Jakarta - Nicholas Saputra termasuk selebritas yang menyukai traveling. Ia bahkan mengungkapkan bahwa traveling sudah menjadi bagian dari dirinya. Dengan cara cerdas, ia membagikan pengalaman perjalanannya lewat benda-benda yang diperoleh di tempat yang dikunjunginya.
"Biasanya saya berbagi pengalaman travel melalui posting di sini apa yang saya rekam dan rasakan melalui fotografi," tulis Nicholas Saputra dalam akun Instagramnya, Senin, 18 Mei 2020.
Baca Juga
Advertisement
Adanya pembatasan pergerakan manusia selama pandemi ini, Nicholas berbagi pengalaman travel melalui benda-benda yang ia simpan dari beberapa perjalanan yang pernah ia lakukan.
"Yang di tengah adalah hasil kerajinan kayu dari Desa Tumbur, Yamdena, Kep. Tanimbar, Maluku. Berbahan kayu hitam nyabarulu, kerajinan berbentuk perahu ini saya dapatkan ketika berkunjung ke sana tahun 2010," lanjut Nicholas.
Ia lalu mengunjungi pantai Weluan, tak jauh dari pusat kota Saumlaki. Sore itu tak ada pengunjung lain di pantai.
"Saya masih teringat hangatnya air laut, tiupan angin tipis dan warna senja yang berganti-ganti. Hampir tak berombak, saya biarkan air laut yang sedang pasang merendam tubuh saya perlahan sampai ke dada," tutur Nicholas Saputra.
Patung Perunggu
Dalm unggahan yang lain, Nicholas Saputra memamerkan patung perunggu yang ia peroleh dari sebuah toko antik di sudut Jalan Neira, Bandaneira, Maluku.
"Antara tahun 2010-2013, 4 kali saya berkunjung ke sana. Pulau Neira selalu membawa saya ke bayangan masa lalu dibantu dengan masih terawatnya bangunan tua tempat Hatta dan Sjahrir diasingkan sebelum kemerdekaan," tulisnya.
Di sana, Nicholas sarapan nasi kuning ikan tenggiri sambil memandangi gunung api dari teras kamar yang untuk melihat puncaknya harus mendongak karena saking dekatnya.
"Sore-sore saya berjalan sepanjang landasan pesawat yang dipenuhi anak-anak kecil bermain bola dan muda-mudi berkencan di atas sepeda motor. Pesawat hanya datang dua kali dalam seminggu," imbuhnya.
Hari yang ia selalu tunggu adalah ketika Pak Abba, seorang pemilik homestay, mengundangnya makan di rumahnya. Istrinya memasak dengan ramuan rempah yang melimpah. Paduan rasa Melayu, China dan Arab membumbui punggung ikan bakar yang baru ditangkap nelayan.
"Konon, sekarang Pak Abba mengelola hotel besar yang dulunya rumah peninggalan Belanda. Semoga beliau masih ingat sama saya," harap Nicholas Saputra.
Advertisement