Bergulirnya Bundesliga Memicu Kecemburuan Atlet-Atlet Jerman

Bundesliga telah bergulir lagi mulai akhir pekan lalu setelah sebelumnya sempat terhenti akibat pandemi virus Corona.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 20 Mei 2020, 15:00 WIB
Pemain Bayern Munchen Benjamin Pavard (kanan) mencetak gol ke gawang Union Berlin pada pertandingan Bundesliga di Berlin, Jerman, Minggu (17/5/2020). Bayern Munchen masih memuncaki klasemen Bundesliga usai mengalahkan Union Berlin 2-0. (HANNIBAL HANSCHKE/POOL/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Bergulirnya kembali Bundesliga musim ini menuai kritik dari atlet-atlet Jerman. Juara dunia rowing, Oliver Zeidler bahkan menganggapnya sebagai lelucon dengan sistem yang gila.

"Ini lelucon," kata Zeidler seperti dilansir CNA. "Jika anak-anak tidak bisa kembali ke sekolah

"Jika anak-anak tidak dapat pergi ke tempat penitipan anak dan katering tidak diizinkan beroperasi normal, maka membiarkan jutawan di lapangan mengirimkan sinyal yang salah."

Bundesliga menjadi kompetisi elite di Eropa yang pertama bergulir lagir. Sejak akhir pekan lalu, laga-laga yang tersisa pada musim kompetisi 2019/2020 sudah mulai dilanjutkan lagi. 

Keputusan melanjutkan Bundesliga tidak lepas dari sikap pemerintah Jerman yang mulai melonggarkan aturan lockdown di negaranya meski jumlah kasus masih mencapai 175,210 orang dan 8000 kematian.

Sejumlah aturan ketat diberlakukan untuk mencegah penularan virus di kalangan pemain. Pertandingan juga berlangsung tanpa penonton dan mengikuti protokol kesehatan yang panjang. 

Bagi para pemilik klub, bergulirnya liga membantu mereka dalam memperbaiki sistem keuangannya yang terus merosot tajam. Sebab dengan cara ini klub-klub kembali menerima bayaran hak siar. Diperkirakan totalnya mencapai 300 juta euro bila kompetisi Bundesliga musim ini rampung Juni. 

 


Memicu Protes

Gelandang Bayern Munchen, Serge Gnabry, melepaskan tendangan ke gawang Union Berlin pada laga Bundesliga di Alte Foersterei, Minggu (17/5/2020). Bayern Munchen menang 2-0 atas Union Berlin. (AP/Hannibal Hanschke)

Di luar sepak bola, nasib olahraga lain di Jerman sampai saat ini belum jelas. Ini memicu kecemburuan sejumlah atlet, termasuk Zaidler. Meski mereka sudah diizinkan berlatih lagi, dia menganggap keputusan memberi lampu hijau kepada Bundesliga untuk bergulir lagi sebagai langkah diskriminatif.  

Hal senada juga disampaikan oleh atlet lempar lembing, Thomas Roehler. "Sepertinya dari sisi politis, lebih menguntungkan untuk melanjutkan kejuaraan sepak bola ketimbang olahraga lain." katanya. 

 


Minim Perhatian

Sementara itu, komentar berbeda disampaikan oleh pelari jarak pendek Jerman, Gina Lueckenkemper. Dia justru mendukung bergulirnya kembali Bundesliga. Menurutnya, kembalinya sepak bola dapat membantu masyarakat mendapatkan sensasi kembali merasakan hidup normal tanpa pandemi.  

"Bahkan orang-orang Romawi kuno tahu cara membahagiakan orang-orang: makanan dan permainan," kata peraih medali perak lari 100 meter Kejuaraan Eropa 2018 itu. Hanya saja, Lueckenkemper berharap perhatian dari pemerintah tidak hanya ditujukan kepada olahraga sepak bola saja. 

Atlet anggar Jerman, Fencer Max Hartung juga berpendapat sama. Menurut pria yang ikut merebut Piala Dunia Anggar 2014 itu menganggap Bundesliga memberi harapan baru bagi olahraga lain. Meski demikian, dia berharap kesempatan yang sama juga diberikan kepada cabang olahraga lainnya. 

"Ketika Anda melihat sepak bola dimainkan lagi, itu membuat jari Anda gatal," katanya. 

"Tentu saja, sepakbola sekarang satu-satunya olahraga yang disiarkan langsung di TV. Sebagai pemain anggar, saya ingin menekankan, ada lebih banyak hal bagi media daripada hanya sepakbola."

Keresahan ini kembali digaungkan Zeidler. "Untuk waktu yang cukup lama, sepak bila berdiri sendiri di lapangan yang terbuka. Semuanya hanya soal uang, bukan tentang siapa yang akan juara dunia dari Jerman. Tidak ada yang perduli dengan itu selama masa pandemi Corona," kata Zielder. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya