Stabilkan Harga, Menteri BUMN Usul Ayam Jadi Komponen Bansos

Saat ini BUMN tengah fokus menstabilkan stok dan harga ayam yang sempat jatuh.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mei 2020, 16:00 WIB
Peternak memberi makan ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Tingginya harga daging ayam juga dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan yang masih import seiring kenaikan dolar terhadap rupiah. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, saat ini BUMN tengah fokus menstabilkan stok dan harga ayam yang sempat jatuh. Untuk hal ini, pihaknya mengusulkan agar ayam masuk dalam bantuan sosial.

"Mengenai, stability stock dan harga pangan bahwa pada saat ini kita sudah mendapat penugasan bagaimana kita membeli daging ayam supaya kemarin kan harganya sempat turun. Lalu daging ayam ini kita bisa disalurkan menjadi hal yang dibutuhkan masyarakat seperti bansos," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/5/2020).

Selain ayam, Erick Thohir juga menginginkan ikan tangkapan nelayan dan produksi pembudidaya mendapat harga yang sesuai. Namun hal tersebut masih dalam pembahasan dengan beberapa pihak terkait. "Lalu kita juga mempelajari ikan saat ini," jelasnya.

Peran BUMN dalam sektor lain kata Erick Thohir adalah menjamin penyaluran bahan pangan dari hulu ke hilir. Adapun beberapa bahan pangan yang terus dipantau penyalurannya adalah beras dan gula. Penyaluran tersebut dilakukan bersama-sama dengan kementerian terkait.

"Tetapi tentu peran lainnya kita terus berusaha mendistribusikan beras, gula dan tentu ini kita bersinergi dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. Pada fokus ini, ya kembali kita hanya distribusinya saja," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com


Harga Cuma Rp 8.000 per Ekor, Peternak Ayam di Palembang Diprediksi Bangkrut

Peternak memberikan makan pada ayam pedaging broiler di kawasan Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7). Harga daging ayam naik mencapi angka Rp 50 ribu per kilogram. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Asosiasi Masyarakat Peternak Sumatera Selatan memperkirakan sebagian besar usaha peternakan ayam di Palembang bakal gulung tikar atau bangkrut dalam beberapa pekan ke depan. Hal tersebut terjadi akibat pelemahan daya beli masyarakat akibat penyebaran virus corona.

Ketua Asosiasi Masyarakat Peternak Sumatera Selatan Ismaidi Chaniago mengatakan, harga ayam yang terus anjlok membuat peternak ayam khususnya peternak kecil tidak dapat bertahan lagi dalam kondisi ini.

“Perkiraan kami, nanti habis Lebaran pada tutup semua. Yang tersisa tinggal peternak ayam yang besar saja. Saat itu terjadi, maka harga ayam akan melonjak tajam,” kata Ismaidi dikutip dari Antara, Kamis (23/4/2020).

Ia mengatakan harga jual ayam di kandang saat ini hanya Rp 12.000 per kg, sehingga harga di pasar tradisional hanya berkisar Rp 22.000 per kg.

Sebelumnya, pada awal April, harga di pasar tradisional lebih jatuh lagi yakni hanya Rp 18.000 per kg.

“Coba bayangkan, berapa lagi harga di kandang. Hanya Rp 8.000 per kg. Jelas mereka rugi, saat ini saja sudah banyak yang tutup dan terpaksa PHK-kan karyawannya,” kata dia.

Namun, peternak ayam tidak bisa menahan untuk menjual karena dihadapkan tingginya biaya produksi dan usia ayam yang layak dilepas di pasar.

Saat ini peternakan ayam di Kota Palembang sedang kelebihan produksi. Mereka juga tidak bisa menjual ke daerah lain karena di daerah tersebut juga terjadi hal serupa.

“Saat ini hanya 30-40 persen dari produksi yang bisa dijual," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya