Liputan6.com, Banjarnegara - Menyandang gelar dokter tak lantas membuat Minachun Syania membatasi pengabdiannya dalam dinding gedung mewah rumah sakit. Dokter cantik ini mengawali karir sebagai dokter dengan menceburkan diri ke permukiman miskin di mana layanan medis menjadi kemewahan yang tak terjangkau.
Bagi Syania, inilah kawah candradimuka tempat menggembleng jiwa kemanusiaannya. Sebab, menjadi dokter berarti mengabdi pada kemanusiaan.
Baca Juga
Advertisement
Ujian kemanusiaan itu selalu dihadapi setiap terjun ke lapangan. Pada Senin (18/5/2020) misalnya, hujan lebat lengkap dengan petir yang menyambar-nyambar mendera Banjarnegara, tempat kelahiran dokter cantik ini.
Padahal pada saat yang sama ia hendak menyambangi dua orang nenek yang butuh pertolongan medis. Kedua nenek yang buta itu tinggal di Desa Pucung Bedug, Kecamatan Purwanegara. Saminem (80) dan Ratinem (75) namanya.
Hujan dan petir tak menghalangi tekad dokter cantik ini. Jalan becek berlumpur ia libas dengan penuh kemantapan hati.
Hingga sampailah ia di sebuah rumah yang lebih layak disebut kandang ternak. Di sana sini air menetes dari atap rumahnya.
"Saya sebelum sahur mendapat info ada warga yang kondisinya sangat memprihatinkan, dua nenek dalam kondisi buta juga tuli," kata gadis cantik kelahiran 1996 itu.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Bagi Makanan Bergizi dan Baju Baru
Selain pemeriksaan kesehatan, ia juga memberi asupan gizi dan sejumlah pakaian baru.
Dokter Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara ini memeriksa kondisi kesehatan kedua nenek tersebut. Mulai dari mata yang sudah tidak bisa menangkap sinar sedikitpun, telinga yang tak jelas pendengarannya, dan tekanan darah.
Dari pemeriksaan tensi darah, Syania mendeteksi hipertensi pada kedua nenek sebatang kara itu. Ia menyarankan keduanya agar mengurangi konsumsi garam.
Ia berharap pemerintah Desa Pucung Bedug membantu dua nenek ini. Mereka butuh seseorang untuk merawat, memastikan makanan, tidak kedinginan saat hujan, dan rutin makan makanan sehat dan vitamin.
"Soal rumah yang kurang layak, akan kita pikirkan bersama, insya Allah ada jalan," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung (Unisula) Semarang pada tahun 2020 ini.
Sementara Saminem mengaku bersyukur ada dokter yang mau mengunjunginya. Sebab, tak satupun dokter yang datang sebelum Syania.
Advertisement
Dukungan IDI Banjarnegara
"Alhamdulillah onten dokter ingkang kersa teng gubug kula. (Alhamdulillah ada dokter yang mau datang ke gubug saya)," kata Saminem yang hanya menikmati aliran listrik saat malam Lebaran saja.
Kegemaran mendatangi warga miskin dan membutuhkan uluran tangan ini sudah berkali kali. Di antaranya dilakukan bersama komunitas peduli lumpuh dan stroke The Plegia.
Syania yang merupakan anak pertama pasangan Khayatul Makky dan Mumtatiah. Khayatul Makky atau akrab disapa Gus Khayat mengatakan, ia berharap anak pertamanya itu memiliki jiwa sosial dan kepekaan yang lebih terhadap masyarakat di sekitarnya. Sebab, di Banjarnegara masih banyak warga yang membutuhkan uluran tangan.
"Saya sebagai ayahnya punya harapan dia mampu menjadi manusia yang bisa bermanfaat lebih bagi manusia lainnya," kata Gus Khayat yang juga pengasuh Ponpes Tanbihul Ghofilin Alif Baa Mantrianom, Bawang, Banjarnegara ini.
Terpisah Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Banjarnegara dr Agus Ujianto SpB mengaku beruntung, dokter muda seperti Minachun Syania ini mau blusukan, mendatangi kaum papa yang membutuhkan. Ia berharap konsistensinya untuk membantu dan menolong sesama ini juga dipegang teguh dokter-dokter lain di wilayahnya.
"Ini hal baik, dokter baru lulus, izin praktiknya saja masih dalam proses, tetapi kegiatan membantu sesamanya jalan terus," kata Agus.