Pakar Desak Pemerintah Pusat Beberkan Data Valid Soal Penyebaran COVID-19

Pentingnya data penyebaran COVID-19 yang valid memudahkan daerah mengajukan PSBB

oleh Arie Nugraha diperbarui 21 Mei 2020, 12:00 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jawa Barat - Pakar Penginderaan Jauh dari Masyarakat Ahli Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN), Anjar Dimara Sakti, menyarankan pemerintah pusat segera menetapkan standarisasi data sebaran COVID-19 yang menjadi pedoman dan rujukan tiap daerah dalam penangananan Virus Corona.

Menurut Anjar diperlukan upaya inisiasi untuk membuat standarisasi kualitas data COVID-19 secara nasional, dengan peran Badan Informasi Geospasial dan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Nasional sebagai inisiator dan koordinator.

Urgensi penerapan one map policy untuk sebaran COVID-19, lanjut dia, bisa dilakukan dengan mendiskusikan parameter pemodelan yang disepakati bersama di antara berbagai lembaga antara lain BIG, LAPAN, UPI, UI, ITB, UNPAD, dengan tujuan melakukan pengembangan produk spasial dinamis tingkat bahaya Corona harian sebagai rujukan nasional.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini


Standarisasi Data Penanganan COVID-19 di Indonesia

Standarisasi data terkait COVID-19 tersebut harus dilakukan sehingga tidak ada lagi pemerintah daerah yang mengalami penolakan atas pengajuan PSBB dari daerah tersebut karena alasan ketidakmampuan pemerintah daerah dalam melengkapi dokumen syarat pengajuan PSBB. Juga sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan daerah dalam menampilkan data sebaran COVID-19.

"Ada daerah yang data deret waktu (kasus COVID-19 nya) pun tidak ada,” kata Anjar pada webinar Evaluasi PSBB dan Indirect Impact COVID-19 oleh LAPAN dan MAPIN Jawa Barat ditulis Bandung, Rabu, 20 Mei 2020.

 


Daerah yang Tidak Memenuhi Syarat PSBB

Anjar menjumpai banyak daerah yang tidak bisa memenuhi syarat pengajuan PSBB yaitu data penyebaran kasus menurut waktu. Selain itu, standarisasi data juga akan memudahkan pemerintah pusat dalam memutuskan daerah yang memerlukan PSBB dan mengevaluasi daerah yang menerapkannya.

Untuk meningkatkan produk model spasial sebaran kasus COVID-19, Anjar menjelaskan dibutuhkan kerjasama yaitu di bidang R0 (epidemiologi), cost (ekonomi), manajemen obat-vaksin atau infrastruktur kesehatan (kedokteran danfarmasi).

“Dengan kolaborasi, saya optimis kita bisa menghasilkan data yang valid,” kata Anjar.

 


Menampilkan Data yang Jelas

Anjar membeberkan dalam hal peningkatan kualitas data sebaran secara spasial, dibutuhkan teknik agregasi titik terhadap data pikobar atau data sejenis di daerah lain dengan membuat jangkauan area menjadi satu kilometer dari alamat pasien dan menghilangkan area non-urban pada proses agregasi titik.

“Sejauh ini satu-satunya daerah yang menampilkan data agregasi adalah Jawa Timur,” kata Anjar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya