Jakarta- Pep Guardiola sering disebut-sebut sebagai pelatih yang cerdik dan cerdas di era sepak bola modern. Namun tak berarti pelatih asal Spanyol tersebut tak punya cela.
Ada satu keraguan besar yang selalu membayanginya: Pep Guardiola dianggap hanya berani bermain aman.
Advertisement
Sampai detik ini, Guardiola telah meraih total 8 trofi liga selama 11 musim, juga dua trofi Liga Champions selama membimbing Barcelona. Torehan itu memang luar biasa, tapi masih saja diragukan.
Guardiola telah membuktikan kualitasnya di tiga negara berbeda. Pertama dia membimbing Barcelona jadi raja Spanyol, menuntun Bayern Munchen jadi juara Jerman, dan kini mengembangkan Manchester City jadi tim terbaik Inggris.
Singkatnya, Guardiola sudah jadi juara di tiga negara top berbeda. Catatan apik, tapi masih ada yang meragukannya karena menjadi juara Bundesliga bersama Bayern terkesan mudah, nyaris tanpa tantangan.
Pep Guardiola dipandang masih belum sehebat Jose Mourinho, yang bisa jadi juara di Inggris, Spanyol, Italia (3 liga level tertinggi) dan tentu Portugal.
Rekor Mourinho
Menurut Squawka, Mourinho adalah salah satu pelatih dalam daftar eksklusif 6 pelatih yang pernah jadi juara minimal di 4 negara berbeda. The Special One memulai kariernya bersama Porto, lalu ke Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, dan kini kembali ke Inggris.
Meski beberapa tahun terakhir berjalan buruk bagi Mourinho -- bahkan masa-masa bersama MU telah mencoreng porto folionya -- tapi kualitasnya sebagai pelatih top tidak bisa dipandang remeh. Mourinho adalah jaminan trofi ke mana pun dia pergi.
Dia membawa Porto jadi juara liga dan Liga Champions. Membawa Chelsea jadi juara Premier League di musim pertamanya. Menuntun Inter Milan meraih treble winners. Lalu, pencapaian terbaiknya adalah ketika menghentikan dominasi Barcelona di La Liga semasa menangani Real Madrid.
Tercatat, Mourinho adalah pelatih pertama di dunia yang pernah jadi juara di Inggris, Italia, dan Spanyol. Rekor inilah yang belum disamai Guardiola.
Advertisement
Guardiola di Jerman
Sebenarnya Guardiola hanya butuh satu kesempatan di liga top lainnya untuk menyamai rekor Mourinho. Bisa saja dia meninggalkan Manchester City satu-dua tahun ke depan, tapi ke mana?
Meski terbukti sebagai juru taktik luar biasa, Guardiola dianggap pelatih manja karena hanya mau bergabung dengan klub yang mampu memenuhi tuntutannya dalam merombak skuad.
Baik di Bayern maupun di Manchester City, Guardiola selalu mendapatkan pemain-pemain yang dia inginkan untuk mengembangkan skuad. Permintaan itu sebenarnya tepat, yang terbukti dengan gelar juara di akhir musim.
Namun, pencapaian Guardiola di Jerman diyakini tidak terlalu istimewa. Siapa pun pelatihnya, Bayern Munchen memang nyaris tidak terkalahkan. Kehadiran Guardiola tidak mengubah apa pun.
Selain itu, kecil kemungkinan Guardiola bakal melanjutkan kariernya di Serie A atau Ligue 1 jika meninggalkan Man City nanti. Dia diprediksi bakal kembali ke Spanyol untuk menangani Barca lagi.
Jika mau menyamai rekor Mourinho, Guardiola harus mencoba tantangan di tempat lain, katakanlah di Serie A. Dia bisa saja bergabung dengan Juventus dan jadi juara Serie A, meski sebenarnya ambisi utama Juve ada di Liga Champions.
Biar begitu, mengingat perjalanan Guardiola sejauh ini, kecil kemungkinan dia akan mencoba tantangan di Serie A. Berbeda dengan Mourinho yang berani menangani Inter dan mendobrak dominasi pada saat itu.
Mourinho vs Guardiola: Total trofi
Gelar Liga: Mourinho 8 - 8 Guardiola
Liga Champions: Mourinho 2 - 2 Guardiola
Piala Dunia Antarklub: Mourinho 0 - 3 Guardiola
Liga Europa: Mourinho 2 - 0 Guardiola
Piala Super Eropa: Mourinho 0 - 3 Guardiola
Piala domestik: Mourinho 9 - 7 Guardiola
Total: Mourinho 21 - 23 Guardiola
Catatan di atas cukup unik. Meski Mourinho dapat disebut berpuasa dalam tiga tahun terakhir, ternyata torehan trofi Guardiola tidak unggul terlalu jauh. Terlebih, jika dilihat lebih detail, Mourinho lebih sering jadi juara pada kompetisi panjang.
Advertisement
Gaya Bermain dan Filosofi
Soal gaya bermain, tim Jose Mourinho lebih dikenal dengan gaya pragmatis yang mengutamakan hasil. Mourinho selalu mengutamakan barisan bek tanggguh, lalu dilindungi dua gelandang bertahan yang punya fisik luar biasa.
Guardiola sebaliknya. Meski sudah sedikit berubah, dia tetap menjunjung sepak bola indah. Man City sekarang juga bermain indah, meski sebenarnya mulai menunjukkan perubahan tempo serangan yang lebih cepat.
Tim Pep lebih komplet. Dia bisa menyuguhkan serangan luar biasa dan bisa bertahan dengan baik. Namun, tim Mourinho juga tidak bisa dipandang remeh. Mourinho selalu punya kejutan untuk tim-tim lawan.
Karakter Mourinho lebih dikenal sebagai pelatih paling dibenci di dunia sepak bola karena komentar-komentarnya yang provokatid, dan terkadang sengaja menyerang pemain tertentu. Namun, di balik itu sebenarnya ada sosok yang sangat peduli dengan para pemain.
Mereka yang mengenal Mourinho pasti memahami bahwa komentar-komentarnya hanyalah bentuk perang mental untuk membangkitkan potensi terbaik pemainnya. Sayangnya, tidak semua pemain bisa menerimanya dengan baik.
Berbeda dengan Mourinho, Guardiola dipandang sebagai pelatih sempurna, baik hati, dan tidak banyak omong. Namun, Pep sebenarnya juga punya kesalahan-kesalahannya.
Dia menerapkan metode latihan yang terlalu intens dan menguras tenaga para pemain. Terbukti, ada banyak pemain Bayern yang begitu lega ketika Guardiola pergi dan Carlo Ancelotti datang menggantikannya.
Selain perbandingan-perbandingan di atas, yang perlu dipertimbangkan adalah komentar pemain yang pernah belajar langsung di bawah dua pelatih top itu. Samuel Eto'o merupakan salah satunya, pernah dibimbing Pep di Barca dan bersama Mourinho di Inter.
Uniknya, Eto'o melontarkan komentar yang cukup pedas untuk Pep. Dia tahu Mourinho lebih baik daripada Guardiola, trofi Liga Champions membuktikan itu.
"Saya tidak bisa membandingkan Mourinho dengan Guardiola, salah satu dari mereka tidak bisa menjuarai Liga Champions bersama Bayern Munchen, dan satunya bisa jadi juara bersama Porto," tegas Eto'o.
Sumber: Berbagai sumber
Disadur dari: Bola.net (Penulis Richard Andreas, published: