Liputan6.com, Tokyo - Jumlah kasus baru Virus SARS-CoV-2 di Jepang kian berkurang. Oleh sebab itu, Negeri Sakura berencana mencabut situasi darurat pandemi Corona COVID-19 untuk tiga prefektur lagi.
Sebelumnya, Jepang telah mencabut status daruratnya yang diberlakukan akibat pandemi Virus Corona COVID-19 di 39 dari 47 prefektur.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (22/5/2020) Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura, di Tokyo mengatakan sekelompok pakar telah menyetujui rencana untuk mencabut situasi darurat yang diberlakukan untuk prefektur di bagian barat Jepang, Kyoto, Osaka dan Hyogo.
Baca Juga
Advertisement
Ketiga kawasan itu termasuk di antara tujuh prefektur, termasuk Tokyo, yang pertama-tama ditetapkan berada dalam situasi darurat bulan lalu oleh PM Shinzo Abe, karena khawatir wabah Virus Corona COVID-19 akan membuat sistem layanan kesehatan Jepang kewalahan.
Perdana menteri sempat sebentar menetapkan situasi itu untuk seluruh wilayah Jepang.
Tokyo dan empat prefektur lainnya, termasuk pulau Hokkaido di bagian utara Jepang, akan tetap berada dalam situasi darurat.
Wabah Corona COVID-19 telah mendorong ekonomi Jepang memasuki resesi untuk pertama kalinya sejak 2015, karena produk domestik brutonya menyusut 3,4 persen per tahun pada kuartal pertama 2020, menyusul kontraksi pada kuartal terakhir 2019.
Bukti lain mengenai pukulan finansial muncul hari Kamis. Kementerian keuangan merilis data yang menunjukkan ekspor Jepang merosot 21,9 persen bulan lalu, penurunan terbesar sejak krisis finansial global 2008.
Dampak Virus Corona COVID-19 bagi Jepang termasuk ringan bila dibandingkan dengan di sejumlah penjuru dunia lainnya, dengan 16 ribu lebih kasus terkonfirmasi, termasuk 700 kematian akibat virus tersebut.
Simak video pilihan berikut:
Corona COVID-19 di Negara Miskin
Sebelumnya, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan adanya kekhawatiran sehubungan peningkatan infeksi virus corona di negara-negara miskin.
"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kasus di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," kata Dirjen WHO pada konferensi pers reguler WHO tentang pandemi.
WHO mengatakan 106.000 kasus baru COVID-19 dilaporkan dalam 24 jam terakhir, kenaikan satu hari terbesar sejak wabah itu mulai muncul akhir tahun lalu, demikian dikutip dari lamab VOA Indonesia.
Tedros mengatakan WHO terus mendukung negara-negara anggota untuk memastikan bahwa pasokan penting diterima oleh petugas kesehatan dan pasien serta sistem kesehatan terus berfungsi.
Presiden AS Donald Trump menuduh WHO salah urus dalam menanggapi perebakan dan berpihak padaTiongkok, meskipun AS merupakan negara dengan kasus dan kematian COVID 19 tertinggi di dunia.
Trump mengirim surat kepada Tedros awal pekan ini yang mengancam AS akan keluar dari organisasi itu dan secara permanen memangkas dananya. Tedros menolak menanggapi ancaman itu dan hanya mengatakan, "Kami telah menerima surat itu dan sedang mempelajarinya."
Ketua program darurat WHO, Dr. Mike Ryan memperingatkan warga agar tidak menggunakan obat malaria hydroxychloroquine, kecuali jika terbukti secara ilmiah manjur.
Advertisement