Angkasa Pura I Raih Peringkat idAAA dari Pefindo

Merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia pada Maret 2020 turut berpengaruh terhadap kinerja keuangan Angkasa Pura I.

oleh Athika Rahma diperbarui 22 Mei 2020, 13:40 WIB
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. (Dewi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura I (Persero) kembali meraih peringkat (rating) idAAA, namun dengan outlook negatif dari lembaga rating PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk periode 18 Mei 2020 - 1 Agustus 2020.

"Tahun 2019 merupakan tahun yang cukup menantang dengan situasi industri yang cukup dinamis sehingga hal tersebut berdampak pada tidak tercapainya target perusahaan pada 2019," kata Direktur Keuangan PT Angkasa Pura I (Persero) Andy S. Bratamihardja dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (22/5/2020).

Merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia pada Maret 2020 turut berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Hal ini yang menyebabkan perubahan outlook perusahaan dari stabil menjadi negatif, walau masih berada pada peringkat tertinggi idAAA.

Selain itu, Pefindo juga menetapkan kembali peringkat idAAA terhadap Obligasi I Seri A, Seri B, Seri C tahun 2016 PT Angkasa Pura I (Persero) senilai Rp 2,5 triliun dan peringkat idAAA(sy) terhadap Sukuk Ijarah I Angkasa Pura I Seri A, Seri B, Seri C Tahun 2016 senilai Rp 500 miliar untuk periode yang sama dengan periode rating yang sama dengan periode rating secara korporasi, yaitu 18 Mei - 1 Agustus 2020.

Peringkat tersebut diberikan berdasarkan data dan informasi Angkasa Pura I serta Laporan Keuangan Tidak Diaudit per 31 Maret 2020 dan Laporan Keuangan Audit per 31 Desember 2019, juga dalam rangka pemantauan khusus (special review) terkait perkembangan situasi terkini akibat dampak pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan Pefindo. Peringkat ini menunjukkan kemampuan penerbit obligasi (obligor) yang superior dalam memenuhi komitmen jangka panjangnya.

 


Kinerja

(Liputan6.com/Dewi Divianta)

Perubahan outlook dari stabil ke negatif disebabkan tidak tercapainya target trafik penumpang, pesawat dan kargo pada 2019 yang berdampak pada tidak tercapainya target pendapatan pada 2019.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor eksternal seperti kebijakan maskapai yang menaikkan harga tiket domestik dan mengurangi frekuensi penerbangan, kebijakan penghapusan allowance baggage, di beberapa maskapai, tertundanya rencana pengambilalihan empat bandara milik Kementerian Perhubungan dan pengoperasian tujuh ruas jalan tol Transjawa.

Sementara itu, pandemi Covid-19 yang mengakibatkan penerapan kebijakan pembatasan sementara penerbangan domestik dan penutupan sementara penerbangan internasional melalui Permenhub No. 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 H, juga berdampak terhadap kinerja operasional di mana terjadi penurunan trafik penumpang dan pesawat yang cukup signifikan.

"Walaupun begitu, penyiapan skenario new normal oleh Pemerintah dan penerapannya oleh korporasi sebagai fase baru pada pandemi Covid-19 ini membawa optimisme bagi sektor bisnis, termasuk industri aviasi, untuk menyesuaikan diri dengan perilaku konsumen yang baru dan mulai bangkit perlahan," ujar Andy S. Bratamihardja.

Perusahaan juga telah menyiapkan rebound strategy untuk mengantisipasi fase new normal ini dengan beberapa inisiatif yang melibatkan proses, sumber daya manusia, dan teknologi. Melalui upaya persiapan ini, Angkasa Pura I optimis dapat lebih siap memasuki masa new normal dan melakukan lompatan bisnis ketika pandemi ini berakhir nanti.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya