Liputan6.com, Jakarta - Kim Kardashian meluncurkan masker nonmedis melalui label shapewear dan underwear miliknya, Skims, pada Sabtu, 16 Mei 2020. Dilaporkan, masker-masker itu ludes terjual setelah diumumkan ke publik dalam hitungan menit.
Namun seperti dilansir The Guardian, Jumat (22/5/2020), keberhasilan ini hadir berbarengan dengan tuduhan "rasisme kasual" menurut beberapa orang di media sosial yang menunjukkan bahwa salah satu masker bukanlah warna nude yang tepat untuk model berkulit hitam.
Baca Juga
Advertisement
Skims mengumumkan bahwa mereka akan menyumbangkan 10 ribu masker ke berbagai badan amal lokal di Los Angeles, di mana wilayah tersebut wajib mengenakan masker jika jarak fisik tidak memungkinkan. Tindakan kedermawanan ini telah banyak dilaporkan, bersamaan dengan berita penjualan.
Sejumlah merek fesyen lainnya merespons pandemi corona Covid-19 dengan menata ulang rantai pasokan mereka untuk membuat masker dan peralatan pelindung pribadi lainnya, dalam banyak kasus tidak untuk mencari keuntungan.
Pada saat yang sama, beberapa perusahaan penghasil untung besar telah dituduh melakukan "coronawashing" atau menggunakan pandemi sebagai sarana mencari untung.
Yang lain, seperti ASOS dan Boohoo, telah menghadapi kritik karena mengambil untung dari krisis dengan membuat "masker mode" dalam cetakan leopard dan paisley yang menawarkan sedikit atau tidak ada perlindungan yang terbukti.
Ada di Kategori Aksesori
Masker Skims dijual seharga 8 dolar AS atau setara Rp120 ribu dan tersedia dalam warna bernama sand, clay, sienna, cocoa, dan onyx. Mengingat masker ini adalah masker nomedis, situs web memperingatkan masker itu bukan respirator dan tidak akan menghilangkan risiko tertular penyakit atau infeksi, memakainya akan tampak lebih seperti gaya daripada tindakan pencegahan pandemi.
Ada kekhawatiran bahwa harus mengenakan masker menjadi wajib, garis antara kebutuhan dan pernyataan mode akan kabur, dan lengan industri ini akan menjadi lebih besar. Masker saat ini ada di bawah "aksesori" di situs label shapewear tersebut.
Ini bukan pertama kalinya merek Kim memicu kontroversi rasial. Skims awalnya diluncurkan pada 2019 sebagai Kimono, sebuah nama yang menuai kritik karena dianggap melecehkan budaya Jepang.
Walikota Kyoto, Daisaku Kadokawa, menulis surat terbuka kepada Kardashian-West meminta agar kata kimono tidak boleh dimonopoli dan memintanya untuk mempertimbangkan kembali nama merek, yang sepatutnya dia lakukan.
Advertisement