Liputan6.com, Jakarta China membuat keputusan langka untuk tidak menetapkan target pertumbuhan ekonominya pada 2020, dipicu ketidakpastian dampak virus corona.
"Saya ingin menunjukkan bahwa kami belum menetapkan target spesifik untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini," kata Perdana Menteri China Li Keqiang, seperti melansir laman CNBC, Jumat (22/5/2020).
Advertisement
Dia menyebut keputusan ini berdasarkan beberapa hal yang sulit diprediksi. Terbesar, kondisi negaranya yang terkena pandemi Covid-19 dan lingkungan ekonomi dan perdagangan dunia.
Pernyataan itu adalah bagian dari pertemuan parlemen tahunan China, yang ditunda sekitar dua bulan pada tahun ini karena wabah Virus Corona, yang dimulai di Cina pada tahun lalu dan sejak itu menyebar secara global.
Sebelumnya, beberapa analis mengeluarkan prediksi kemungkinan Li akan mengumumkan target PDB beberapa tahun ke depan, termasuk di 2020. Tahun lalu, PDB China meningkat sebesar 6,1 persen, dari kisaran target resmi dari 6 persen sampai 6,5 persen.
"Fakta bahwa mereka menurunkan target pertumbuhan PDB adalah hal yang baik jika itu berarti mereka benar-benar berniat membiarkan permintaan berkelanjutan, seperti konsumsi, ekspor, dan investasi sektor swasta yang mendorong pertumbuhan," kata Profesor Keuangan di Universitas Peking, Michael Pettis.
Namun, jika China mengeluarkan kebijakan tersebut hanya sementara sambil mencoba untuk mencari tahu dampak penuh dari, dan kemudian memilih target implisit yang sangat bergantung pada pengeluaran non-produktif untuk infrastruktur dan real estat, dikatakan itu tidak mengubah apa pun.
Ekonomi Tiongkok sudah terkontraksi 6,8 persen pada kuartal pertama, sementara pengangguran berada mendekati posisi tertinggi dalam sejarah.
Meskipun data menunjukkan ada beberapa pemulihan pada April, para pejabat secara terbuka menyuarakan keprihatinan tentang hambatan pertumbuhan dari penyebaran virus corona di luar negeri.
Para ekonom telah memangkas perkiraan pertumbuhan untuk PD- angka yang sering diragukan oleh banyak ekonom. Pada akhir Maret, China International Capital Corporation (CICC) yang berbasis di Beijing terutama menurunkan estimasi pertumbuhan PDB riil menjadi 2,6 persen, turun dari sebelumnya 6,1 persen.
Pekerjaan tetap menjadi prioritas utama
Meski China tidak menetapkan target PDB untuk tahun ini, pemerintah masih menetapkan beberapa angka spesifik untuk barang-barang seperti pekerjaan dan inflasi.
Li menekankan China tetap memprioritaskanya warganya memiliki pekerjaan, seperti tahun lalu. Beijing menargetkan tingkat pengangguran 6 persen, sebagaimana diukur survei resmi.
Angka itu naik dari target tahun lalu sebesar 5,5 persen. Dengan jumlah pekerjaan baru yang dijanjikan, lebih dari 9 juta, lebih sedikit dari 11 juta dari target tahun lalu. Adapun target indeks harga konsumen ditetapkan sekitar 3,5 persen.
Li juga mengatakan pemerintah menyusun rencana untuk peningkatan moderat dalam dukungan bagi ekonomi.
Dia mengatakan defisit fiskal akan meningkat dari tahun lalu sebesar 1 triliun yuan (USD 142,86 miliar), untuk rasio defisit terhadap PDB lebih dari 3,6 persen.
"Selain itu, satu triliun yuan obligasi pemerintah untuk kendali Covid-19 juga akan dikeluarkan," kata Li, menyebut itu sebagai langkah luar biasa untuk waktu yang tidak biasa.
Obligasi pemerintah daerah khusus untuk pengembangan proyek juga akan meningkat 1,6 triliun yuan dibandingkan tahun lalu, dengan total penerbitan 3,75 triliun yuan.
China akan meningkatkan pembangunan jenis infrastruktur baru yang akan membantu memperluas jangkauan 5G dan fasilitas pengisian mobil listrik.
Negara ini juga akan meningkatkan upaya pemeliharaan air, dan meningkatkan modal pengembangan kereta api nasional sebesar 100 miliar yuan.
Advertisement